Entah bagaimana awal mula kami merencakan untuk camp bareng, tapi siang itu kami sudah sepakat untuk bertemu di Semanu, Gunungkidul untuk ahirnya pergi bersama menghabiskan waktu ahir pekan di salah satu pantai Gunungkidul, yakni Pantai Watulawang. Pantai Watulawang terletak di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Jogjakarta, tepatnya di sebelah timur Pantai Indrayanti, dan sebelah barat Pantai Pok Tunggal. Di apit oleh kedua pantai yang lebih populer, membuat pantai ini sebenarnya cukup mudah di temukan, namun masih jarang yang mengetahuinya. Hal itu membuat suasana pantai ini berbanding terbalik dengan suasana kedua pantai pengapitnya yang selalu ramai dan dibanjiri oleh pengunjung. Di Pantai Watulawang suasana relatif lebih sepi.
|
Pantai Watulawang |
Untuk menuju Pantai Watulawang sangatlah mudah. Cukup mengikuti jalan menuju Pantai Indrayanti. Kami sendiri melalui jalur/jalan dari Semanu. Sesampainya di Pantai Indrayanti, di sebelah timur ada plang petunjuk jalan menuju Pantai Watulawang. Plang ini berada tepat di depan jalan sebelah timur Pantai Indrayanti. Dari sana, tinggal ikuti saja jalan tersebut. Kondisi jalan masih berupa tanah bebatuan dan butuh ke hati-hatian untuk mengendarai kendaraan. Bagi pengguna kendaraan roda 4 dapat melewatinya meski butuh kesabaran extra karena akses jalan yang sempit, hanya dapat dilalui 1 mobil saja dan bergantian jika ada kendaraan lain dari arah berlawanan. Jika ragu untuk melewati jalan ini, kendaraan dapat di parkir di Pantai Indrayanti kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
|
Petunjuk ke Pantai Watulawang |
Kami sampai di Pantai Watulawang tepat saat matahari mulai tenggelam. Sayangnya sore itu langit diselimuti sedikit awan mendung sehingga senja nampak kurang berwarna. Tak seperti bayangan saya memang, awalnya saya kira pantai ini belum ada pembangunan. Ternyata fasilitas di pantai ini sudah cukup lengkap. Area parkir sudah tersedia cukup luas, beberapa warung juga sudah berdiri lengkap dengan kamar mandi/toilet. Bahkan sudah dibangun juga saung-saung/gazebo dan aula yang dapat di sewa oleh pengunjung. Untuk listrik, saat itu baru tersedia di warung sebelah barat saja, sedangkan sebelah timur belum tersedia. Kami memilih untuk membangun tenda di sebelah timur, sedangkan ada beberapa rombongan lain juga yang mendirikan tenda di sebelah tengah.
|
Posisi tenda kami |
|
Pantai Watulawang |
Seorang bapak paruh baya menghampiri kami yang tengah membangun tenda. Beliau mengingatkan kami untuk tidak membangun tenda terlalu dekat dengan bibir pantai mengingat gelombang pantai bisa saja tiba-tiba naik saat pasang. Kami juga diingatkan dengan peraturan lainnya seperti membayar uang kebersihan sebesar Rp10.000,-. Kami pun tak keberatan, mengingat pantai ini memang perlu orang-orang seperti bapak tersebut untuk menjaga kebersihan pantai yang terkadang kurang dijaga oleh pengunjung. Dari bapak tersebut juga saya dapat banyak informasi tentang pantai ini. Beliau juga mempersilahkan kami menggunakan gazebo yang ia kelola dengan gratis. Padahal menggunakan gazebo tersebut tentu seharusnya membayar. Beliau juga mempersilahkan kami untuk mampir ke warungnya jika butuh sesuatu, menawarkan kayu untuk api unggun, dll. Untuk jasa penggunaan kamar mandi/toilet, kami dikenakan biaya Rp2.000,- saja sedangkan untuk mengambil wudhu, beliau mempersilahkan tanpa dipungut biaya.
Malam itu kami larut dengan suasana pantai dengan obrolan hangat
ngalor-ngidul. Bintang malam, debur ombak, angin laut, dan teman perjalanan. Begitu syahdu, hingga kami larut dalam obrolan hingga tengah malam. Sesi curhat pun tak dapat dihindarkan. *haelah*
Pagi hari, selesai sholat subuh saya dan Mba Ayun hunting spot foto sambil menyusuri jalan setapak yang dibangun oleh warga di sisi tebing yang terhubung ke Pantai Pok Tunggal. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit saja berjalan kaki dari Pantai Watulawang ke Pantai Pok Tunggal. Di tepian tebing juga telah dibangun beberapa saung/gazebo oleh warga yang dapat disewa pengunjung. Kami kembali ke tenda untuk masak memasak. Menu andalan kami adalah capcai sayur. Selasai makan dan sudah kenyang, kami mulai menyusuri Pantai Watulawang.
|
Jalan menuju Pantai Pok Tunggal |
|
Makaaan |
Pantai Watulawang terbagi atas 2 sisi, sisi barat dan sisi timur. Nama watulawang sendiri konon diambil dari nama watu yang berarti batu dan lawang yang berarti pintu. Di pantai ini terdapat semacam goa dengan batu besar yang berbentuk seperti pintu. Goa ini biasanya dipakai untuk upacara adat sadranan/nyadran.
|
Batu Watulawang |
Pantai di sisi barat tidak terlalu luas, sedangkan pantai di sisi timur lebih luas. Di pantai sisi timur inilah tempat tenda kami berada. Kami juga bermain pasir, seakan kembali ke masa kecil kami. Membangun istana pasir, mengubur diri, sampai perang pasir (saling lempar pasir pantai) pagi itu kami lakukan dengan sangat riang. Seakan semua beban dan persoalan rasanya hilang bersamaan dengan teriakan & keseruan kami.
|
Main pasir di pantai sebelah timur |
|
Pantai Watulawang |
Semakin siang, celana saya semakin dipenuhi dengan pasir, dan kami pun segera bergantian untuk mandi. Selesai mandi, membereskan tenda dan barang, kami pun segera kembali pulang. So, Pantai Watulawang ini sangat recomended jika ingin camping dengan suasana yang tak terlalu ramai, namun full fasilitas seperti toilet, warung, dll. Selamat camping & menjelajah! :)
Baca juga :
1. Camping & Hammocking di Pantai Sanglen Gunungkidul
2. Pantai Greweng; Mengusir Sepi Bersama Moldi
3. Pantai Srau; Tiga Pesona Dalam Satu Nama
Enak di pantai seperti ini, jadi belum terlalu banyak orang yang datang. Tapi setahuku sekarang tiap sudut pantai di Gunungkidul udah disesaki pengunjung :-(
ReplyDeleteWahahahah iya mas, semua orang berburu pantai sepi soalnya. hihihi
Deleteweh, baru tau di Gunung Kidul ada pantai Watulawang ini. kalau bisa main main ke pantai pas masih sepi gitu, menyenangkan yaa.. :D
ReplyDeleteYapz, hunting pantai ala pantai pribadi mas :D
Deletewah pantainya masih sepi dan bersih, bentar lagi kalo anak alay tau pasti kotor tuh pantai :(
ReplyDeleteSemoga saja tetap terjaga kebersihannya mas. Sayang
Deleteiki mrene mu kapaaan mus??
ReplyDeleteSering :v
DeleteWah saya belum pernah nih kang merasakan camping di pantai karena saya kebanyakannya di gunung dan di hutan, wah sepertinya bisa jadi tantangan baru nih buat dicoba,
ReplyDeleteCobain kang 0 Mdpl kang :)
Deletesempat jelajah di dalam goanya ga mas? di dalamnya ada apa?
ReplyDeleteGoa nya gak dalam kok. Tidak ada apa-apa, hanya ada semacam tempat sesaji gt kalau tdk salah
DeleteKapan ya camping, temannya kurang mendukung pingin teman yang gokil biasa sana sini. pingin motret pas matahari terbit di pantai...
ReplyDeleteCocoookkk... ayo sm aku mas. wkwkwk :D
DeleteMas untuk hari biasa ngecamp disitu aman gak ya perlu ijin dulu gak ...
ReplyDeleteAman banget. Ada yg jaga kok.
Delete