"Mohon maaf mas, saya masih di Jakarta. Dari acara Satu Indonesia kemarin, saya lanjut acara lain bersama Kementerian Pertanian." ...

Kisah Sukses Alan Efendhi, Pengembang Minuman Sehat dari Aloe Vera


"Mohon maaf mas, saya masih di Jakarta. Dari acara Satu Indonesia kemarin, saya lanjut acara lain bersama Kementerian Pertanian."


Demikian kata seorang pria di ujung telepon malam itu. Alan Efendhi namanya, pria berusia 35 tahun yang baru-baru ini mendapat apresiasi dari Satu Indonesia Award 2023 berkat keberhasilannya mengembangkan minuman sehat dari tanaman aloe vera.


Saya yang berencana mengunjungi rumah produksinya di Gunungkidul terpaksa batal karena kesibukannya di Jakarta belum selesai. Akhirnya, saya harus puas berbincang dengannya melalui telepon.


Dari perbincangan kami, saya jadi tahu bahwa pria kelahiran Gunungkidul tersebut bukanlah ahli pertanian, apalagi ahli gizi. Alan, biasa ia disapa, merupakan lulusan sistem informasi dari salah satu universitas di Jakarta. Meski tidak memiliki kemampuan bertani, Alan bisa membudidayakan tanaman lidah buaya hingga mengolahnya menjadi produk yang bernilai ekonomi.


Perjalanannya dimulai dari tahun 2014. Alan yang sudah bertahun-tahun merantau ke Jakarta tiba-tiba bersemangat pulang ke kampung halaman untuk membuka usaha di sektor pertanian. Alan pun mencari informasi seputar komoditas yang mudah dibudidayakan di Gunungkidul. Gunungkidul sendiri dikenal sebagai daerah yang kering, tandus, dan minim air.


Setelah mencari informasi di buku dan internet, Alan mendapatkan beberapa pilihan komoditas, mulai dari anggur, pepaya, buah naga, hingga lidah buaya. Dari beberapa pilihan tersebut, lidah buaya dirasa paling cocok untuk ia kembangkan di Gunungkidul.


Kenapa aloe vera?



Aloe vera alias lidah buaya dipilih Alan untuk dibudidayakan dan diolah karena memiliki banyak kelebihan. Selain kaya manfaat, lidah buaya juga mudah dirawat, bebas dari hama, dan bisa ditanam dan dipanen kapan saja karena tidak mengenal musim. 


Terlebih lagi, lidah buaya merupakan tanaman yang tidak membutuhkan banyak air sehingga sangat cocok dibudidayakan di Gunungkidul. Belum lagi, lidah buaya merupakan komoditas yang banyak diterima oleh industri besar, seperti farmasi, kosmetik, hingga pangan. Tidak heran bila lidah buaya pun masuk sebagai salah satu dari sepuluh tanaman terlaris di dunia.


Awal merintis produk olahan aloe vera


Awal merintis, Alan hanya mengolah aloe vera menjadi produk minuman sari buah biasa dengan kemasan plastik sederhana. Minuman tersebut hanya dipasarkan di sekolah, mulai dari SD, SMP, hingga SMA di sekitarnya. Meski terbilang baru di Jogja, ternyata minuman ini cukup membuat penasaran banyak orang. Ditambah lagi, aloe vera juga dipercaya memiliki berbagai khasiat kesehatan, seperti meredakan sakit kepala, mag, sembelit, dan lainnya. 


Permintaan di pasar pun makin bertambah, hingga pada 2017 Alan makin serius mengembangkan usahanya dengan mengurus berbagai perizinan, seperti PIRT, BPOM, dan sertifikasi halal. Alan juga mendaftarkan usahanya sebagai PT. Mount Vera Sejati dengan produk yang bermerek "Rasane Vera".


Bermitra dengan petani binaan



Permintaan yang tinggi dan makin bertambahnya reseller, membuat Alan kewalahan dalam hal bahan baku. Ia pun mengajak masyarakat sekitar untuk berpartisipasi dengan menjadi mitra. Alan memberikan bibit gratis kepada siapa pun yang ingin menjadi petani binaannya dan menjanjikan kepastian untuk membeli hasil panennya. 


Hal itu tentu disambut hangat oleh para petani sebab lahan kritis pun bisa mereka manfaatkan. Dari yang awalnya hanya 5-10 petani saja, saat ini Alan memiliki 125 petani binaan yang tersebar di daerah Gunungkidul dan Klaten. 


Proses produksi minuman olahan aloe vera




Bisa dibilang, Alan telah melakukan pengolahan aloe vera ini, mulai dari hulu hingga hilir. Selain membudidayakan tanaman aloe vera sendiri, ia juga mempekerjakan warga sekitar untuk proses produksinya. Saat ini ada sekitar 12 orang yang aktif dalam proses produksi, mulai dari tenaga budi daya, pengupasan, packaging, hingga labeling.


Proses produksinya sendiri membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Proses tersebut dimulai dengan mencuci hasil panen lidah buaya terlebih dahulu. Setelah itu, lidah buaya dikupas, diiris, dan direndam selama 12 jam untuk menghilangkan sifat dasar lidah buaya yang pahit, langu, dan gatal. Lalu, proses selanjutnya adalah perebusan dan memberikan pemanis atau bahan tambahan sesuai jenis minuman yang dibuat.


Ada beberapa jenis makanan dan minuman olahan yang dihasilkan oleh Rasane Vera. Ada Aloe Vera Cube Drink, yaitu minuman lidah buaya yang menggunakan gula batu murni. Produk ini tersedia dalam berbagai varian rasa, seperti leci, melon, lemon, nanas, original, pisang, dan jambu biji. Ada juga Pure Aloe Vera Slice yang tanpa rasa dan Mr Kriuk's yang berupa keripik kulit lidah buaya. Sementara itu, produk terbarunya adalah Aloe Liquid.


Menerima apresiasi Satu Indonesia Award 2023


Alan Efendhi saat menerima Satu Indonesia Award 2023

Alan bercerita, ia pertama kali mendaftarkan diri ke Satu Indonesia pada tahun 2021. Kala itu, namanya hanya sampai pada apresiasi tingkat provinsi saja. Begitu pun pada 2022, ia kembali mengirimkan profil diri dan produk yang sama, tetapi tetap tidak berhasil lolos. 


Hingga kemudian di tahun 2023 ini, ia kembali mendaftarkan diri dengan konsep produk barunya yang bernama Aloe Liquid. Produk ini merupakan produk minuman yang diolah menggunakan gula stevia sebagai pemanisnya sehingga lebih sehat ketimbang menggunakan gula batu. Produk inilah yang kemudian mengantarkan nama Alan Efendhi sebagai salah satu penerima Satu Indonesia Award 2023 di bidang kewirausahaan.


Dukungan semangat Astra lewat Satu Indonesia


Alan memang baru saja mendapat apresiasi Satu Indonesia Award 2023. Dukungan Astra terhadapnya tentu belum begitu dirasakan olehnya. Akan tetapi, Satu Indonesia seperti menjadi semangat dan harapan baru untuknya. Alan sendiri memiliki beberapa kendala dalam usahanya, salah satunya yakni proses produksi yang masih dilakukan secara manual. Hal itu tentu cukup menghambat proses produksi terutama saat permintaan produk sedang tinggi. 


Berkat Satu Indonesia, Alan pun mendapat sedikit titik terang. Dana bantuan kegiatan yang diterima dari Satu Indonesia memungkinkannya untuk membeli mesin produksi yang lebih canggih sehingga proses produksi lebih cepat dan banyak. Selain itu, Alan juga akan mendapat pendampingan dan pembinaan yang membuat produknya makin baik ke depannya. Ditambah lagi, berkat Satu Indonesia juga, Alan kini berkesempatan mendapat berbagai koneksi program Astra lainnya seperti Desa Sejahtera Astra dan Kampung Berseri Astra yang tentu saja akan mendatangkan manfaat lebih besar.


Harapan Alan Efendhi ke depannya


Besar harapan Alan untuk membesarkan produk olehan aloe vera-nya. Bahkan, ia berharap olahan aloe vera bisa menjadi produk unggulan dari daerahnya, Gunungkidul.


"Jika Malang punya olahan apel, Dieng punya olahan Carica, maka saya ingin Gunungkidul juga memiliki olahan aloe vera sebagai produk unggulan." katanya dengan mantap.


Alan berharap olahan aloe vera buatannya bisa makin dikenal oleh banyak orang dan menjadi salah satu identitas Gunungkidul. Dengan begitu, makin banyak orang Gunungkidul yang turut bergerak di bidang aloe vera dan sukses bersama program yang pertama kali ia inisiasi tersebut.


Alan juga berharap, program Astra seperti Satu Indonesia ini akan terus merangsang anak muda lain untuk berwirausaha dan berprestasi di bidangnya. Ia yakin program semacam ini bisa menjadi jembatan kawula muda untuk meningkatkan skill hingga mampu secara cakap menghadapi era global di masa yang akan datang.


Menginspirasi wirausahawan muda lainnya


Para Penerima Satu Indonesia Award 2023

Sebelum mematikan telepon, saya pun sempat menanyakan satu hal lagi kepada Alan. Sebagai salah satu wirausahawan muda yang cukup menginspirasi hingga mendapat Satu Indonesia Award 2023, pesan apa yang ingin ia sampaikan kepada para pemuda Indonesia. Jawabannya mungkin sederhana, tetapi bagi para perantau, mungkin kata-katanya cukup bermakna.


"Karena saya dari kampung yang kebanyakan anak mudanya selalu ingin urbanisasi ke kota, belajar dari pengalaman saya, kalian anak muda, sebaiknya kembalilah ke kampung halaman. Majukan kampung halaman kalian sendiri dengan komoditas yang ada, lakukan kegiatan usaha, dan teruslah fokus di sana. Selain meningkatkan ekonomi keluarga, kita juga bisa memberikan dampak yang positif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Percayalah, usaha yang kita lakukan hari ini akan menjadi buah manis di masa yang akan datang!"


Tabik.


*Tulisan ini diikutsertakan dalam Anugerah Pewarta Astra 2023

#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia #KitaSATUIndonesia

Sumber foto: Alan Efendhi





0 coment�rios:

Terima kasih sudah berkunjung & berkenan meninggalkan komentar :)