Sejenak saya terdiam. Berdiri mematung tanpa sepatah kata. Hanya mata yang mampu menangkap visual anyar dari sebuah gedung tua yang terongg...

Terjebak di Antara Dua Dimensi Waktu De Tjolomadoe

Sejenak saya terdiam. Berdiri mematung tanpa sepatah kata. Hanya mata yang mampu menangkap visual anyar dari sebuah gedung tua yang teronggok berpuluh tahun lamanya. Kini ia berwajah baru bak gadis berparas ayu. Barangkali beberapa tahun lalu tak banyak orang yang sudi menjamahnya. Tua, dekil, bobrok, dan teronggok. Tapi lihatlah sekarang, Ia telah menjadi primadona di tengah geliat wisata Solo Raya. Ada saja khalayak yang datang sekadar mengambil gambar lalu memamerkannya di media sosial. Si pabrik gula yang uzur itu kini memiliki nama baru; De Tjolomadoe.


Senja De Tjolomadoe
De Tjolomadoe
Sejak awal tahun lalu, namanya sering terdengar di kalangan wisatawan. Pamornya seketika melejit, dan potretnya selalu bermunculan di lini masa media sosial khususnya instagram. Sejujurnya, saya tak serta merta terpincut, meski jarak tak begitu menjadi alasan. Namun beberapa bulan setelahnya, seorang kawan akhirnya memaksa saya untuk berkenalan. Dan inilah kali pertama saya berjumpa serta melihat langsung betapa cantik rupanya. Tepat di saat datangnya senja.


Pabrik Gula yang Disulap Menjadi Obyek Wisata


Dahulu, namanya adalah Pabrik Gula Colomadu. Berdiri pada tahun 1861, pabrik ini memang digunakan sebagai tempat memproduksi pasir manis yang bernama gula. Berkat industri ini pula yang akhirnya membuat Mangkunegaran berhasil menjadi salah satu istana terkaya di tanah Jawa pada zamannya. 

Bahkan kabar kejayaan PG Colomadu kala itu, terdengar hingga negeri gajah putih; Thailand. Koran Darmo Kondo pernah mewartakan kedatangan penguasa negera tersebut ke telatah Solo guna belajar pengelolaan pabrik dan sistem teknologinya. Sayangnya, akhir tahun 90an menjadi akhir usia produksinya dan kemudian terbengkalai hingga 20 tahun lamanya. 

Miniatur De Tjolomadoe
Miniatur De Tjolomadoe
Pada 2017 lalu, PT PP (Persero) Tbk, PT PP Properti Tbk, PT Taman Wisata Candi Prambanan, Borobudur, dan Ratu Boko (Persero), dan PT Jasa Marga Properti membentuk Joint Venture dengan nama PT Sinergi Colomadu untuk melaksanakan konstruksi revitalisasi dengan mengikuti kaidah cagar budaya. Studi kelayakannya melibatkan berbagai pakar di bidang arsitektur, sejarah, dan budaya agar kawasan tersebut layak dikunjungi wisatawan serta mampu menjadi kawasan komersial.

Usaha tersebut pun membuahkan hasil, di mana De Tjolomadoe resmi dibuka pada Maret 2018 dengan menghadirkan bintang yang kelasnya tak ecek-ecek; yakni David Foster & Friends. Hanya dalam waktu satu tahun, De Tjolomadoe berhasil mengundang banyak wisatawan datang dan menjadikannya salah satu destinasi wisata baru yang memikat.

Lokasi De Tjolomadoe


Secara Administrasi, lokasi De Tjolomadoe masuk di Kabupaten Karanganyar, tepatnya di Jalan Adi Sucipto No. 1, Paulan Wetan, Malangjiwan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar. Sementara secara geografis, lokasi De Tjolomadoe diapit 2 kabupaten & 1 kota, yakni Boyolali, Sukoharjo, dan Kota Surakarta.

De Tjolomadoe hanya berjarak sekitar 5 km dari Bandara Internasional Adi Soemarmo, 8 km dari Terminal Tirtonadi, dan 10 km dari Stasiun Balapan. Lokasi yang strategis ini membuatnya sangat mudah dijangkau dari mana saja.

Bagaimana Cara ke De Tjolomadoe?


Mujurlah kita yang hidup di zaman milenial yang serba digital. Tak perlu lagi berjalan terseok melewati jalanan terjal, menunggangi kuda bak pangeran di negeri dongeng, atau  menunggu angkot yang tak kunjung datang di pinggir jalan. Dari manapun kita datang, baik bandara, stasiun, atau pun terminal, cukup gunakan aplikasi ojek online yang kini kian akrab di kota bengawan ini. Percayalah, juru mudi siap menjemput dan mengantarkan hingga depan pintu De Tjolomadoe.

Atau jika memang ingin menikmati perjalanan menggunakan kendaraan konvensional ala Solo, bisa juga memilih becak yang biasanya setia menunggu penumpang di depan terminal atau stasiun. Jika tak membantu juga, silakan naik bus damri atau pun Batik Solo Trans lalu turun di Pasar Colomadu, kemudian berjalan kaki sekitar 250 meter. Seperti kata pepatah, banyak jalan menuju Roma, banyak cara pula menuju De Tjolomadoe.

Ada Apa Saja di De Tjolomadoe?


Kali pertama datang ke tempat ini, saya hanya bisa menyaksikan mesin-mesin tua yang tersisa dari pabrik gula dahulu kala. Tapi saat tempo hari saya kembali, ternyata sudah bertambah beberapa atraksi. Meski saat ini pengunjung yang masuk tak gratis lagi, tapi menurut hemat saya biaya masuk sebesar 25 ribu rupiah tersebut akan terbayar lunas dengan apa yang pengunjung lihat di dalamnya.

Stasiun Gilingan De Tjolomadoe
Bangunan De Tjolomadoe sendiri memiliki luas sekitar 1,3 ha di atas lahan 6,4 ha. Bangunan tersebut terbagi atas partisi ruang yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Pada bagian depan misalnya, saat memasuki gedung, pengunjung akan berada di ruang stasiun gilingan di mana ruangan ini berfungsi sebagai museum pabrik gula dengan menampilkan alat-alat yang dulu digunakan sebagai alat penggilingan.

Ada pula ruangan yang dinamakan stasiun ketelan. Ruangan ini kini difungsikan sebagai area F&B. Banyak makanan atau camilan yang bisa dibeli oleh pengunjung di tempat ini. Pun dengan stasiun karbonatasi yang menjadi show room art & craft sehingga pengunjung bisa berbelanja cinderamata sebagai buah tangan.

Besali Cafe De Tjolomadoe
Besali Cafe

Jika memiliki waktu lebih untuk bersantai, pengunjung bisa menikmati sajian kopi di Besali Cafe yang masih berada dalam bangunan De Tjolomadoe. Kafe ini tentu saja menawarkan sensasi tersendiri dengan suasana "jadoel" yang masih terasa di dalamnya. Bahkan ornamen akar beringin asli masih menghiasi dinding di sebelah pintu masuknya. Sementara di bagian paling belakang bangunan terdapat Tjolomadoe Hall atau Concert Hall dan Sarkara Hall sebagai aula multifungsi. Di aula ini pula berbagai konser atau pertunjukan musik biasa digelar.


Museum Arsip De Tjolomadoe
Museum De Tjolomadoe
Miniatur Pabrik Gula De Tjolomadoe
Miniatur Pabrik Gula De Tjolomadoe
Yang teranyar dari De Tjolomadoe adalah adanya ruangan yang menyajikan sejumlah arsip dan artefak mengenai Pabrik Gula Colomadu lengkap dengan keterangan tentang sejarah bangunan tersebut. Bagian ini semakin menarik dengan adanya miniatur Pabrik Gula Colomadu dahulu, layar sinema yang memutar film sejarah bangunan, serta ruang dua dimensi yang menunjang kebutuhan pengunjung milenial untuk berswafoto.

Spot Swafoto De Tjolomadoe
De Tjolomadoe
De Tjolomadoe
Sebagai embrio wisata baru di Solo Raya, menurut saya De Tjolomadoe mampu menarik hati dengan memenuhi tiga kriteria sebuah obyek wisata, yakni something to see, something to do, dan something to buy. Apalagi dengan sejarah panjang bangunan tua De Tjolomadoe yang kini disulap menjadi tampilan yang kekinian tanpa mengurangi esensi bangunan asli, membuat pengunjung yang memasuki bangunan De Tjolomadoe seakan terjebak di antara dua dimensi waktu.

Jadi,  kapan melawat ke De Tjolomadoe?


Tabik.



4 comments:

  1. Sayang sekali, dulu waktu ke ada event lari di sana, tidak masuk. Dan ternyata dalamnya menggiurkan gitu ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. (((menggiurkaaan))) loh knp kmaren gak ke sini pas ke solo? dih

      Delete
  2. biasane bangunan tua gutu ada mistisnya, ada cerita angker gak pabrik gula ini? ya walau sekarang sukah keren gt

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak tau sih kalo mlm. Tp beberapa kali ke sana gak pernah merasakan apa2. Soalnya ya terang & modern gt sih, gak berasa singup sama sekali

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung & berkenan meninggalkan komentar :)