Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY Kami sudah berada di mobil jemputan menuju Desa Wisata Wukirsari, Kabupaten Bantul setelah sebelumnya...

Mengenal Batik Lebih Dekat di Kampung Batik Giriloyo Wukirsari Bantul

Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kami sudah berada di mobil jemputan menuju Desa Wisata Wukirsari, Kabupaten Bantul setelah sebelumnya tiga desa wisata di Gunungkidul selesai kami eksplor. Pak Nur Ahmadi yang menemani perjalanan kami mengatakan waktu tempuhnya cukup untuk dipakai istirahat, namun kami lebih memilih menikmati perjalanan dengan mengobrol meski sebenarnya lumayan mengantuk setelah sebelumnya kami harus bangun pagi buta untuk mengejar sunrise di Kampung Pitu. Kamipun memasuki daerah Imogiri. Beberapa obyek wisata favorite seperti Puncak Becici, Hutan Pinus Mangunan, Kebun Buah Mangunan, dll kami lewati. Tak lama, sampailah kami di tujuan, Kampung Batik Giriloyo.

Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo terletak di Jl. Imogiri Timur km 14, Gazebo Wisata Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul, DIY. Kampung Giriloyo sendiri merupakan sentra batik tulis terbesar di tenggara Jogjakarta yang terdiri dari tiga dusun, yakni Dusun Karang Kulon, Giriloyo, dan Cengkehan. Ratusan masyarakat yang terbagi atas 12 kelompok batik di kampung ini memiliki kemampuan membatik secara turun temurun. Konon, seni kerajinan batik tulis Giriloyo ini sudah ada sejak awal abad 17. Kami kemudian di arahkan ke satu gazebo dimana ada beberapa ibu-ibu tengah sibuk dengan kain putih, canting, dan lilinnya. Batik Giriloyo sendiri lebih banyak menggunakan motif khas Mataraman (Jogja - Solo). Sementara kain yang banyak digunakan merupakan kain katun berjenis primisima yang dikenal kualitas katun terbaik. Untuk membatik satu lembar kain dibutuhkan waktu minimal 1 bulan, tergantung dengan bahan kain yang digunakan, kerumitan motif, dll. Katanya, yang paling sulit adalah membatik di atas kain sutra. 

Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Yang awalnya hanya melihat dan mengamati saja akhirnya kami di persilahkan untuk mencoba. Beberapa  diantara kami pun sangat antusias mencobanya. Secarik kain kecil ukuran sapu tangan yang sudah digambar pola mulai mereka batik menggunakan canting. Tak sepandai ibu-ibu di sana memang. Diantara mereka, Mba Dwi terlihat lebih lancar menorehkan lilin pada kainnya untuk ukuran pemula. Sementara yang lain? boleh lah ya... *dikeplak*

Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Abaikan Muka Nyai Jombang -_-
Selesai membatik, kami kemudian ke bagian pewarnaan. Nah, yang membuat batik Giriloyo ini berbeda adalah penggunaan pewarna alami untuk batiknya, meski tak semuanya. Pewarna sintetis juga terkadang digunakan untuk beberapa kebutuhan. Pewarna alami yang digunakan berasal dari kulit kayu, daun jati, secang, kunyit, dan bahan alami lainnya. Bahan alami ini memiliki kelebihan yakni akan lebih awet, meski warnanya tidak secerah pewarna sintetis. Sangat cocok dengan motif kontemporer yang banyak diangkat oleh batik Giriloyo ini. Bagusnya, limbah air bekas pewarnaan batik di sini sudah dikelola dengan baik dengan cara mengalirkannya ke dalam bak sehingga tidak mencemari lingkungan.

Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kain kemudian dimasukkan dalam air pewarna. Kain dicelup sambil digosok perlahan agar pewarna dapat masuk ke seluruh bagian kain. Selanjutnya, kain yang sudah berwarna kemudian dimasukkan dalam air mendidih untuk melunturkan lilin yang menempel. Proses ini dinamakan nglorot. Setelah lapisan lilin hilang dan meleleh, kain kemudian dicuci/dibilas, dan dijemur. Nah, untuk mendapatkan beberapa warna dalam satu kain, proses diulang dari awal. Pantas saja jika butuh waktu lama untuk menghasilkan satu lembar kain batik saja. Bahkan tak jarang butuh waktu berbulan-bulan untuk menghasilkan satu kain batik terbaik.

Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Setelah melihat proses pewarnaan kami kemudian ke show room untuk melihat berbagai koleksi kain batik. Beragam motif dan warna bisa kita jumpai di sini, dan tentunya bisa kita beli. Harganya mulai dari 300 ribuan hingga jutaan rupiah. Selain itu kita juga dapat menemukan batik yang sudah berbentuk pakaian jadi. Mulai dari motif parang, mega mendung, babon ngendog, dan masih banyak lagi. Untuk pemasaran, Kampung Batik Giriloyo ini tak hanya menjualnya di show room nya saja, namun juga ke berbagai daerah dan via online. Sebelum kami meninggalkan Kampung Batik Giriloyo beberapa teman diberikan kain batik hasil karya mereka yang sudah di warnai. Yah, jadi nyesel deh tidak ikutan mencoba membatik. :(

Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY
Kampung Batik Giriloyo Bantul DIY

Kampung Batik Giriloyo ini tak sekedar destinasi wisata biasa, namun juga tempat belajar mengenal lebih dekat kekayaan warisan nenek moyang. Jangan sampai negara lain lebih mengenal kekayaan warisan negara kita dibanding kita sendiri. Jadi, kapan belajar dan mengenal batik lebih dekat di Kampung Batik Giriloyo?


*Tulisan ini merupakan catatan perjalanan yang didapat saat kegiatan #EksplorDeswitaJogja (Eksplor Desa Wisata Jogjakarta) yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Desa Wisata Provinsi DIY 23-26 Februari 2017.


Kampung Batik Giriloyo
Desa Wisata Wukirsari Imogiri Bantul
Nur Ahmadi (082242775095)
Jazir Hamid (081328628227)
Email : widiastutizuni@gmail.com

17 comments:

  1. Kamu nggak ikutan batik to ternyata, kirain batik terus ditulis inisial mbak GK.
    Mbok waktu ke sini sekalian beli batik tulis dua helai, siapa tahu mau dibuat sarambitan toh *eh

    ReplyDelete
  2. Meskipun di bantul, baru pertama kalinya ke sini. Baru pertama kalinya juga nyobain melukis pake malam 😊

    Iya, giriloyo terkenal batik dengan pewarna alaminya karena itu harganya lumayan. Jika kulit kayu, daun jati, secang, kunyit sebagai bahannya, harus muter otak juga yaa untuk warna-warna biru, ungu, pink hmmm pake apa lagi yang alami.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin dikombinasikan mba, jd misal secang ditambah kunyit jd orange, dll. wkwkwkwk malah ga kepikiran nanya waktu itu :D

      Delete
  3. saya baru denger ada kampung batik di bantul padahal tinggal di jogja.
    yah mas kok gak ikutan ngebatik, seru lho itu.
    batiknya keren-keren semua tuh, kalau disana ngebatik sendiri apa dikenakan biaya kalau dibawa pulang mas?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tuh kan, yg orang Jogja aja malah banyak yg blm tau. hahaha
      batik hasil sendiri boleh dibawa pulang kok, kan bs bt kenang2an :D

      Delete
  4. Selalu senang sama kegiatan yang kayak gini, apalagi kalau lihat langsung tata cara pembuatan batik dari awal- akhir. Rasanya kalau udah tau gitu pas beli ga tega mau nawar-nawar. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener. Gmn kalo kita di posisi mereka, rasanya hasil karya gak dihargain ya... hiks

      Delete
  5. Mbesok nek wes duwe duwek, aku pengen koleksi batik Giriloyoooo :)))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cari istri orang Giriloyo aja mas. xixixi

      Delete
  6. Yaaaaaaaaaaah pdhl sengaja kesini ngarep bisa lihat karya batik tulis masterpiece mu e om

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk justru itu, aku gak mau km ketawain kak. xixixi

      Delete
  7. kenapa ya aku selalu g sanggup beli batik tulis? padahal beli tenun aja sanggup. -__-
    Oke, yang dipuji cukup Mba Dwi aja? aku ga! Dasar kamu ebret.

    Btw, aku kasian sama ibunya yang malah nyelesaiin garapanku. Jadinya makin bagus e.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lah itu kamu aja ngaku kalo yang ngelarin batikmu si Ibu. huhuu trs apanya yg dipuji? :p

      Eh aku jg blm pernah beli batik yg asli tulis deh. Duh!

      Delete
  8. Motif batiknya keren2 yah. Kalo ke Jogja lagi, aku pengin mampir deh
    Kindly visit my blog --> bukanbocahbiasa(dot)com

    ReplyDelete
  9. Itu wisatanya bayar berapa ya mas? Jadi pengen kesana,hehe

    ReplyDelete
  10. Menarik.. Btw boleh lihat contoh batik kontemporer yang diproses dengan pewarna alami seperti apa..?

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung & berkenan meninggalkan komentar :)