Seorang pemuda dengan perawakan agak berisi mempersilakan saya duduk di ruang kerjanya. Di belakangnya tampak pigura-pigura memenuhi dinding...

Lilik Dwi Fajar Riyanto; Meraup Cuan dari Kerajinan Gamelan

Seorang pemuda dengan perawakan agak berisi mempersilakan saya duduk di ruang kerjanya. Di belakangnya tampak pigura-pigura memenuhi dinding. Mata saya menyipit, berusaha menangkap gambar apa saja yang dipajang. Pandangan saya pun tertuju pada satu pigura yang saya kenali dari logonya. Itulah piagam SIA (SATU Indonesia Award) dari Astra. Benar, siang itu saya tengah bertandang ke salah satu penerima SIA provinsi tahun ini. Seorang pengusaha asal Boyolali yang meraup cuan dari kerajinan gamelan. Dialah Lilik Fajar Riyanto.
 

Lilik Fajar Riyanto
Lilik Fajar Riyanto

"Maaf ya mas kalau agak berisik" Katanya sembari mempersilakan saya duduk tepat di seberang meja kerjanya.

 

Saya pun tersenyum sambil menjawab sekenanya. Rasanya kurang sopan bila saya mengeluhkan suara bising dari aktivitas yang bahkan menjadi alasan saya datang ke rumahnya. Suara dari alat musik gamelan itu memang terdengar tidak beraturan. Maklum saja, tempat itu memang tempat pembuatan gamelan, bukan sanggar karawitan.

 

Sekadar Informasi, untuk mendapatkan tangga nada yang sesuai, alat musik gamelan memang membutuhkan proses melaras. Alat musik gamelan dipukul dan diberi tempaan agar mendapatkan bunyi nada yang diinginkan. Oleh karena itu, rumah Lilik pun tidak pernah sunyi.


Mengenal Gamelan

 

Kerajinan Gamelan
Kerajinan Gamelan

 

Tanpa banyak basa-basi, kami pun berbincang panjang seputar gamelan. Lilik sendiri selalu antusias berbagi informasi. Baginya, membicarakan gamelan sama dengan menjaga eksistensi gamelan itu sendiri. 

 

"Saya berharap gamelan selalu dikabarkan dan dikenalkan agar anak-anak muda sekarang tetap mengenalnya. Jangan sampai budaya warisan leluhur yang sudah mulai dikenal oleh dunia, justru tidak dikenali oleh anak bangsa sendiri"

 

Lilik sendiri mulai mengenal gamelan sejak tahun 2008. Kala itu, ia membantu usaha milik ayah angkatnya yang sudah dikenal lebih dulu. Setelah dirasa cukup menguasai, akhirnya pada tahun 2018 Lilik memutuskan untuk mandiri. Berada di Desa Ngaru Aru, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Lilik mendirikan CV. Berkah Bopo; Kerajinan Gamelan.


Kerajinan Gamelan
Kerajinan Gamelan

 

Lilik tidak melakukan pekerjaannya sendiri. Dalam bisnis ini, ia dibantu oleh 25 mitra pengrajin gamelan rumahan yang berasal dari daerah Bekonang, Sukoharjo. Sementara itu, ia cukup melakukan proses finishing di rumahnya dengan dibantu oleh beberapa pegawai.

 

"Gamelan itu tidak bisa dibuat sendiri Mas. Jadi, saya harus punya tim untuk bekerja sama" Jelasnya.

 

Lilik melanjutkan, ada sekitar 22 jenis alat musik dalam satu set gamelan. Alat musik tersebut adalah bonang, kempul, peking, saron, kenong, gender, gong, selenteng, demung, dan lain sebagainya. Biasanya, tiap jenis alat musik dikerjakan oleh pengrajin yang berbeda termasuk bagian pengrajin kayu sebagai sangkarnya.

 

Gamelan Hasil Produksi Pengrajin
Gamelan Hasil Produksi Pengrajin

Gamelan Hasil Produksi Pengrajin
Gamelan Hasil Produksi Pengrajin

 

Proses Pembuatan Gamelan yang Panjang


Proses Finishing Gamelan
Proses Melaras Gamelan

Proses pembuatan gamelan tidaklah sebentar. Untuk satu set gamelan berbahan besi, Lilik membutuhkan waktu sekitar satu bulan, sedangkan gamelan berbahan perunggu sekitar dua bulan lamanya. Prosesnya dimulai dengan peleburan bahan, seperti perunggu, timah, dan tembaga. Bahan yang sudah dilebur kemudian dicetak menjadi bilah dan ditempa hingga mendapatkan bentuk yang sempurna. 

 

Tahap ini adalah tahap yang paling rumit di antara tahap lainnya. Pengrajin harus benar-benar menguasai teknik menempa yang tepat. Setelah itu, gamelan masuk ke dalam tahap membabar. Di tahap ini pengrajin mengecek kembali kondisi fisiknya. Bila masih ada kecacatan pada bentuk, alat musik gamelan akan diperbaiki kembali. 

 

Agar alat musik gamelan bisa dimainkan, selanjutnya pengrajin akan melakukan proses melaras. Proses ini juga butuh keahlian khusus sebab harus menyesuaikan tangga nada yang diinginkan. Sebagai sentuhan akhir, alat musik gamelan juga diamplas, dicat, dan dimasukkan ke dalam tiap sangkarnya.

 

Proses Melaras Gamelan
Proses Melaras Gamelan
 
Proses Finishing Gamelan
Proses Finishing Gamelan

Proses Finishing Gamelan
Proses Finishing Gamelan

Selain teknik, membuat gamelan juga membutuhkan sebuah "rasa". Menurut Lilik, emosi pengrajin saat membuat gamelan sangat memengaruhi kualitas suaranya. Oleh karena itu, saat membuatnya, pengrajin selalu berusaha untuk tetap tenang dan senang melakukannya.

 

Iseng Mendaftar SATU Indonesia Award

 

Proses Finishing Gamelan
Proses Finishing Gamelan

Tahun ini Lilik mencoba mendaftarkan namanya pada SATU Indonesia Award. Tidak disangka, keisengannya tersebut membuahkan sebuah kejutan kecil. Namanya berhasil masuk ke dalam lima puluh besar nominasi SIA tingkat provinsi. Bagi Lilik, program SIA sangat menarik untuk diikuti. Menurutnya, program semacam ini bisa memberikan semangat serta memicu kreatifitas anak bangsa untuk terus berkarya di bidangnya. 

 

Lilik berharap, setelah namanya masuk ke dalam daftar SIA 2021, gamelan produksinya makin dikenal oleh banyak orang. Bagaimanapun juga, selain karena cinta, gamelan juga jadi hajat hidupnya serta para mitra dan pegawainya.

 

Dikenal Hingga Pasar Mancanegara

 

Gamelan Hasil Produksi Pengrajin
Gamelan Hasil Produksi Pengrajin

Gamelan produksi Lilik saat ini sudah cukup dikenal pasar. Tidak hanya pasar lokal, produk buatannya bahkan sudah sampai luar negeri, seperti Malaysia, New Zeland, bahkan hingga Amerika Serikat. Selain kualitasnya yang dijaga, Lilik juga memberikan harga yang sama ke semua pembelinya, baik yang di dalam maupun yang di luar negeri.

 

Satu set gamelan besi, Lilik jual dengan harga 60 juta rupiah. Sementara itu, gamelan kuningan dihargai 250 juta rupiah dan gamelan perunggu di kisaran 300-400 juta rupiah. Maka tidak heran, Lilik beserta mitra dan pegawainya bisa menggantungkan hidup dari kerajinan ini.

 

"Kami memang menggantungkan hidup dari kerajinan gamelan ini. Namun, ada satu hal yang lebih penting dari itu. Kami bisa berkontribusi dalam usaha melestarikan gamelan".

 

Barangkali, Lilik dan pengrajin gamelan lainnya memang sangat berperan dalam kelestarian gamelan. Dengan adanya mereka, gamelan bisa dicipta dan akan terus ada.

 

Beruntunglah Indonesia karena memiliki warisan budaya gamelan yang memesona. 

Mujurlah Indonesia karena gamelan tetap lestari dengan adanya regenerasi pengrajin muda. 

Tersenyumlah Indonesia karena gamelan baru saja diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya tak benda. 


 Tabik. 


*Tulisan ini diikutsertakan dalam Anugerah Pewarta Astra 2021

#TersenyumlahIndonesia

 

1 comment:

Terima kasih sudah berkunjung & berkenan meninggalkan komentar :)