Pinus Pengger   Saya berada di bangku paling belakang, saat mobil travel yang kami tumpangi bergerak dari pesisir selatan Bantul menuju perb...

Memeluk Kabut Tipis di Pinus Pengger yang Magis dan Romantis

Pinus Pengger
Pinus Pengger
 

Saya berada di bangku paling belakang, saat mobil travel yang kami tumpangi bergerak dari pesisir selatan Bantul menuju perbukitan Imogiri. Hari kian sore, sementara langit tampak mendung menggelayut. Seirama dengannya, mata pun rasanya sama redupnya. Maklum, malam sebelumnya saya hanya sempat tidur selama tiga jam saja. Seakan kena hipnotis, tak lama kemudian saya pun akhirnya memejamkan mata.


Kami sudah sampai di daerah Dlingo saat saya tak sengaja terbangun karena lompatan kecil mobil akibat jalanan yang tak rata. Dari jendela, saya lihat rintik hujan yang sudah membasahi sekitar. 

 

"Syahdu!" 

Begitu batin saya saat melihat pepohonan pinus yang hijau rindang menjulang tinggi tampak basah oleh air hujan. Ditambah dengan kabut tipis yang turun menyelimutinya. 

 

"Wah, kabut! Jarang-jarang nih ada kabut di sini"

Salah seorang peserta yang sedari pagi tak terdengar suaranya, tiba-tiba memecahkan sunyi di antara kami. Saya hanya diam sebab tidak tahu pasti kebenaran yang ia celotehkan.

 

Hanya butuh waktu satu jam untuk kami sampai di tujuan. Pinus Pengger, sebuah hutan pinus yang kini menjadi salah satu objek wisata unggulan di kawasan ini. Bersanding dengan objek wisata lain yang tak kalah tersohor; Hutan Pinus Mangunan, dan Puncak Becici. 

 

Gerimis dan kabut menjadi kolaborasi yang membuat udara sore itu kian terasa dingin. Saya lihat peserta lain mengenakan jaket untuk menghalaunya. Pun dengan saya. 

 

Setelah cuci tangan sebagai salah satu syarat penerapan protokol kesehatan, kami pun bergantian masuk ke kawasan wisata Pinus Pengger. Tak lupa, seorang petugas menembaki kami satu per satu dengan alat pengukur suhunya. 

 

Selama pandemi, prosedur semacam ini sangat lazim dilakukan di tiap objek wisata untuk menanggulangi penyebaran covid19. Selain itu, kami juga diwajibkan untuk menggunakan masker serta jaga jarak dengan pengunjung lainnya.

 

Sasha. Bersamanya, saya menaiki tangga dari batu yang disusun rapi di tengah pepohonan pinus di sebelah kanan dan kiri. Kami berdua memutuskan untuk jalan sendiri ke salah satu spot terbaik yang menjadi salah satu ikon wisata ini. Sebuah karya seni dari ranting yang disusun membentuk telapak tangan raksasa. Beruntung, tak banyak antrean di sana sebab kami datang duluan tanpa aba-aba.

 

Pinus pengger bantul

Pinus pengger bantul

 

Masih diguyur hujan rintik dan berlatar perbukitan hijau, kami memposisikan diri secara bergantian untuk mengambil gambar. Rasanya kami tetap bersuka cita sore itu. Jalan-jalan di tengah hujan nyatanya masih terasa menyenangkan.

 

Selesai menyantap makan malam yang terlalu dini, kami dibagi beberapa kelompok untuk eksplor tiap sudut Pinus Pengger ini. Saya yang masih bersama Sasha, memutuskan untuk berkeliling sendiri agar lebih bebas mengatur napas dan berhenti sekadar mengambil gambar diri. 


Di tengah hutan pinus itu, saya sempat mematung sejenak. Mengamati pohon pinus yang menjulang tinggi beserta kabut tipis yang menyelimuti. Perpaduan keduanya tampak begitu syahdu dan romantis. Sementara siluet ranting-rantingnya yang bergerak pelan tak beraturan terasa begitu magis. 

 

 

Mujur sekali, pertama kali mengunjunginya saya diberikan sambutan yang mengesankan. Saya akan kembali ke hutan ini suatu saat nanti. Melepas rindu aroma hutan pinus yang basah serta memeluk kabut yang lembap hingga membuatnya terasa hangat.


Tabik.

 

Hutan Pinus Pengger

Jl. Dlingo - Patuk,

Dlingo, Bantul, DIY

 

Baca Juga :

1. Sejuta Inspirasi di Balik #EksplorDeswitaJogja 

2. Wisata Jip Parangtritis Bantul, Sensasi Offroad di Medan Gumuk Pasir 

3. Wisata Edukasi Bertani di Desa Wisata Kebonagung Imogiri


6 comments:

  1. kabut kok dipeluk, paling asoy tuh memeluk pasangan di bawah kabut tipis ahahahahaha

    ReplyDelete
  2. Kalau yang suka motret, tempat ini memang menjadi opsi dengan datang dinihari, biar bisa melihat kabut. Kalau pesepeda, penting gowes dan foto di sini haaaaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk Sepedaan? Km aja deh mas. Aku mobilan/motoran. wkwkwk

      Delete
  3. Foto nomor 3 tuh bagus banget. Dan aku jadi belajar, kalau ke hutan cocok pake pakaian warna cerah kayak gitu biar "keliatan" haha. Susah di aku yang pakaiannya kebanyakan hitam lol

    ReplyDelete
  4. Keren foto-fotonya Mba......3 kali ke Jogja, gak kesampean mau mampir ke sini.........ternyata bagus juga ya

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung & berkenan meninggalkan komentar :)