Jam masih menunjukkan sekitar pukul 09.00 pagi saat saya sampai di sebuah halaman salah satu rumah di daerah Dukuh Karangjati, Desa Karanggeneng, Boyolali. Tepat di sampingnya berdiri sebuah toko yang masih tampak sepi. Hanya terdengar suara bising dari truk dan bus antar kota yang suara klaksonnya sesekali memekakkan telinga. Maklum, toko ini berada tepat di pinggir jalan raya lingkar utara. Di depan toko, sebuah plang besar berdiri kokoh menyambut kedatangan saya dengan tulisan “Keju Indrakila”.
Keju Indrakila (dok. pribadi) |
Pagi itu, saya membuat janji bertemu dengan Romy, adik kandung dari Noviyanto si penggagas pabrik keju ini. Saya memang kurang berjodoh untuk bertemu langsung dengan Noviyanto. Dua kali menghubungi, jawabannya selalu sama, yakni sedang berada di luar kota. Belakangan saya ketahui, Noviyanto sedang sibuk menggarap usaha serupa di Kota Lumajang, Jawa Timur. Tidak mengapa, toh saya tetap bisa mendapat banyak cerita inspiratif Noviyanto dari tutur adik kandungnya.
Sesaat setelah mengetuk pintu, saya mengamati toko sederhana itu. Tampak empat pigura foto menempel di salah satu sisi dinding. Di foto-foto itu, saya bisa melihat beberapa momen penting Noviyanto. Di antaranya saat menerima penghargaan SATU Indonesia Award dan menjadi bintang tamu sebuah acara TV swasta.
Foto Noviyanto (dok. pribadi) |
Foto Noviyanto (dok. pribadi) |
Di tengah lamunan saya memandangi foto-foto tersebut, seorang pria berbadan gempal dengan berewok tipis keluar dan menyalami saya. Ia kemudian mempersilakan saya duduk di kursi terasnya. Ialah Romy, adik kandung Noviyanto yang sekaligus menjabat sebagai marketing manager di Pabrik Keju Indrakila. Tak butuh waktu lama untuk sekadar berbasa-basi mengakrabkan diri. Saya pun kemudian memberondong banyak pertanyaan pada Romy tentang perjalanan Noviyanto serta cerita seru di balik pabrik keju Indrakila.
Novianto, putra daerah Boyolali penggagas pabrik keju pertama di Jawa Tengah
Noviyanto, Penerima SATU Indonesia Award 2012 |
Noviyanto, putra daerah Boyolali ini menjadi penggagas pabrik keju pertama di Jawa Tengah. Semua bermula saat ia mendampingi tenaga ahli dari Jerman pada proyek kerja sama Indonesia-Jerman Deutscher Enwicklungsdient (DED) tahun 2007. Tenaga ahli bernama Benjamin Siegl itu kebetulan ahli dalam pengolahan produk susu. Pada kesempatan itu, Noviyanto mendapat banyak pelajaran tentang pengolahan susu sapi.
Perlu diketahui, Boyolali merupakan salah satu sentra produksi susu sapi. Hasil produksi susu sapi di kota ini sangat melimpah. Sayangnya, hal itu tidak dibarengi dengan pengolahan yang maksimal. Dengan kondisi geografisnya yang berada di lereng Gunung Merapi dan Merbabu, Boyolali memang cukup ideal sebagai tempat peternakan sapi perah. Selain karena udaranya yang sejuk, daerah ini juga memiliki sumbar daya air dan pakan ternak yang cukup. Di daerah Kecamatan Selo, Cepogo, dan sekitarnya, selain menjadi petani mayoritas warganya juga berprofesi sebagai peternak sapi. Oleh sebab itu, tidak salah bila kota ini memiliki julukan sebagai Kota Susu.
Obrolan saya dengan Romy kemudian berlanjut. Setelah pertemuannya dengan Benjamin, Noviyanto sempat memiliki inisiatif membuat rekomendasi kepada pemerintah Boyolali. Noviyanto memahami jika susu dapat diolah menjadi berbagai produk, seperti sabun, karamel, keju, dan produk lainnya. Oleh karena itu, ia mengusulkan susu Boyolali yang berkualitas diolah menjadi keju, sedangkan susu berkualitas di bawahnya diolah menjadi sabun. Sayangnya, ia kurang mendapat dukungan dari pemerintah Boyolali sebab dianggap kurang memiliki pasar.
Dengan tekad yang kuat, Noviyanto pun terus berusaha. Ia kemudian mendirikan sebuah lembaga yang memproduksi dan memasarkan keju sendiri. Beruntung, meski sudah kembali ke negara asalnya, Benjamin tetap bersedia membantunya secara pribadi. Akhirnya, bersama sejumlah teman dan peternak sapi di Boyolali, ia resmi mendirikan Koperasi Simpang Usaha (KSU) Boyolali pada tahun 2009.
Nama Indrakila diambil dari cerita pewayangan
Diceritakan, Indrakila merupakan gunung yang digunakan oleh Arjuna untuk berdoa sebelum berperang melawan Kurawa. Noviyanto sendiri memang cukup akrab dengan cerita pewayangan sebab sejak di bangku kuliah ia aktif di dunia teater. Pemilihan nama ini ternyata disetujui oleh Benjamin karena cukup mudah dilafalkan oleh orang asing.
Pada awalnya, produksi keju Indrakila tak semulus yang dibayangkan. Noviyanto harus melakukan trial and error untuk menemukan formula yang pas agar keju produksinya dapat diterima oleh pasar. Tidak hanya itu, pemasaran juga menjadi tantangan terberatnya. Maklum saja, Noviyanto sendiri lulusan arsitek sehingga kurang memahami ilmu marketing.
Noviyanto kemudian membidik ekspatriat di Kota Solo sebagai awal pemasarannya. Begitu juga dengan Benjamin yang turut andil dalam mengenalkan teman-temannya yang berkewarganegaraan asing. Perlahan tetapi pasti, keju produksinya pun menjadi langganan berbagai kafe dan restoran, terutama kalangan ekspatriat di Kota Yogyakarta dan Bali.
Ada beberapa alasan mengapa keju Indrakila digemari oleh kalangan ekspatriat. Keju ini diproduksi menggunakan 100% susu sapi sehingga bisa tahan lama saat disimpan di lemari es. Selain itu, bahan baku lokal juga membuat cita rasanya jadi lebih segar dan khas. Keju indrakila sendiri saat ini memproduksi beberapa jenis keju, seperti mozzarella, mountain, feta, mountain chili, feta blackpaper, feta olive oil, dan boyobert.
Keju boyobert (dok. pribadi) |
Keju boyobert (dok. pribadi) |
Boyobert merupakan jenis keju hasil kreasi keju Indrakila yang terinspirasi dari keju asal Italia, camembert. Nama boyobert sendiri merupakan singkatan dari Boyolali dan camembert. Dengan mengambil nama daerah asalnya, diharapkan keju boyobert bisa menjadi signature keju Indrakila. Semua keju produksi Indrakila tersebut dijual dengan harga yang cukup kompetitif, yakni di kisaran Rp 125 ribu hingga Rp 200 ribu per kilogram, tergantung jenisnya.
Bertamu ke pabrik pengolahan keju
Pabrik keju Indrakila (dok. pribadi) |
Saya kemudian diajak Romy mengunjungi pabrik pengolahan kejunya. Pabrik tersebut hanya berjarak sekitar 200 meter dari toko di mana kami berbincang. Meski sederhana dan tidak terlalu besar, bangunan itu tampak bersih dan terawat. Romy pun mempersilakan saya masuk ke dalam dapur pengolahannya.
Tidak banyak pekerja yang saya lihat di dalamnya. Hanya ada sekitar lima orang yang sedang berbagi tugas. Satu di antaranya tengah mengaduk susu di dalam tangki pengolahan. Sambil memperhatikan, saya dijelaskan oleh Romy tentang proses pengolahan susu hingga menjadi keju. Ia menjelaskan, setidaknya ada empat bahan utama yang digunakan dalam pembuatan keju, yakni susu sapi, bakteri asam laktat, renin, dan garam.
Pekerja pabrik keju Indrakila mengaduk susu (dok. pribadi) |
Pekerja pabrik keju Indrakila memeriksa susu (dok. pribadi) |
Untuk prosesnya sendiri, pertama susu sapi dipasteurisasi dalam suhu sekitar 70-80 derajat. Kemudian, bakteri asam laktat dimasukkan untuk memisahkan lemak dengan protein. Lemak atau dadih ini lah yang kemudian diproses menjadi keju, sedangkan protein atau whey dimanfaatkan untuk hal lain. Biasanya, whey tersebut diambil oleh peternak untuk diminumkan pada sapi atau disiram pada rumput sebagai pupuk. Menurut Romy, whey bisa membuat rumput tumbuh lebih subur.
Selanjutnya, lemak sapi yang sudah terpisah ditambahkan renin. Fungsinya untuk menggumpalkan lemak hingga jadi lebih padat. Proses terakhir, bahan keju ditambahkan garam lalu dicetak.
“Prosesnya hanya sesimpel itu sebenarnya. Tantangannya justru ada pada cara untuk menjaga kualitasnya” ujar Romy.
Untuk menjaga kualitas kejunya, Indrakila selalu meminta susu berkualitas terbaik dari pengepul. Salah satu tolak ukurnya adalah kadar lemak yang tinggi. Sebagai konsekuensinya, Indrakila harus membayar susu tersebut dengan harga yang lebih tinggi. Meski demikian, hal itu tidak menjadi persoalan bagi Noviyanto. Selain demi menjaga kualitas keju, sejak awal Noviyanto memang memiliki tekad untuk menyejahterakan peternak sapi Boyolali dengan memberikan harga terbaik.
Keju hasil produksi pabrik Indrakila (dok. pribadi) |
Hasil produksi disimpan dalam lemari pendingin (dok. pribadi) |
Proses pembuatan keju hingga jadi tidak memakan waktu terlalu lama. Hanya sekitar 4-5 jam saja. Biasanya, pasokan susu dari pengepul datang sekitar pukul 9.00 pagi, sedangkan proses pengolahan dimulai dari pukul 10.00 pagi hingga pukul 02.00 siang. Indrakila biasa mengolah sekitar 1000 liter susu sapi tiap hari. Dari jumlah susu tersebut, hanya sekitar 100 kg atau 10% saja yang menjadi keju. Di waktu tertentu seperti saat akhir tahun, permintaan keju bisa meningkat. Dalam kondisi tersebut, keju Indrakila bisa menambah jumlah produksi hingga 2500 liter susu per hari.
Raih penghargaan SATU Indonesia Award dari Astra
Penghargaan SATU Indonesia Award (dok. pribadi) |
Noviyanto dinilai telah berhasil membuat sedikit perubahan untuk peternak sapi di daerahnya. Susu sapi yang melimpah di Boyolali, saat ini sudah bisa dikelola secara lebih baik. Atas usaha dan kerja keras tersebut, pada tahun 2012 Noviyanto diganjar penghargaan SATU Indonesia Award (SIA) untuk kategori kewirausahaan.
Noviyanto sendiri tidak pernah menyangka akan meraih penghargaan ini. Namanya masuk dalam daftar awalnya karena didaftarkan oleh salah satu media online. Menurutnya, penghargaan semacam ini bukanlah tujuannya. Ia hanya berusaha memanfaatkan potensi daerahnya untuk meningkatkan kesejahteraan bersama.
Produk olahan susu lain di toko keju Indrakila (dok. pribadi) |
Nyatanya, penghargaan tersebut tidak membuat Noviyanto lupa diri. Selain memberdayakan warga sekitar untuk bekerja di pabriknya, Noviyanto juga merangkul pengusaha lokal lain di daerahnya. Ia membuka kesempatan bagi siapa pun untuk ikut menjual produk olahan susu di tokonya. Dengan demikian, toko keju Indrakila tidak hanya berisikan produk keju olahannya saja, tetapi juga permen, yoghurt, es krim, dan produk olahan susu lainnya.
Dengan semangat Astra, Indrakila makin dikenal
Dari ajang SATU Indonesia Award ini, pintu kesuksesan Noviyanto beserta keju Indrakila makin terbuka lebar. Selain mendapatkan hadiah berupa uang pembinaan, Noviyanto juga mendapatkan promosi gratis. Nama keju Indrakila pun sering diberitakan dan makin dikenal oleh banyak orang. Begitu juga dengan area pemasarannya yang makin meluas. Kota-kota besar, seperti Yogyakarta, Surabaya, dan Bali saat ini telah menjadi pasar terbesarnya.
Romy memamerkan keju hasil produksi Indrakila (dok. pribadi) |
Siapa sangka, kini Indrakila memiliki omzet 200 juta tiap bulannya. Bahkan, bersama Astra, Noviyanto saat ini tengah mengembangkan usaha serupa di Desa Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Secara tidak langsung, Indrakila telah memajukan potensi daerahnya, menyejahterakan peternak sapi lokal, dan menciptakan lapangan kerja. Lebih dari itu, Indrakila telah mengangkat derajat susu sapi dengan menjadikannya produk yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
Tabik.
*Tulisan ini diikutsertakan dalam Anugerah Pewarta Astra 2020
Baca Juga :
1. Sepenggal Inspirasi dari Payung Lukis yang Lestari
2. Sidowarno; Semangat Kampung Wayang yang Bertahan Melawan Kepunahan
3. Joko Sulistyo; Pembawa Perubahan bagi Pucung yang Kekeringan
Kapan-kapan pengin main ke Indrakila, nih hehe. Dan eksplor wisata lainnya tentu saja, selama ini Boyolali cuma mampir hahaha, kalau gak naik Merapi ya Merbabu.
ReplyDeletePenasaran sih Mas Noviyanto ini ngembangin juga di Senduro, ya. Di Senduro juga ada sentra susu kambing etawa.
Sepertinya klasik ketika pemerintah daerah kurang bisa mendukung potensi produk lokal dari putra daerah, karena dianggap kurang punya pasar. Di sisi lain kadang memang pemda itu tidak ada anggaran khusus untuk mendukung UMKM lokal, terutama yang non-mainstream, sehingga seringkali harus melewati birokrasi berliku agar dapat didukung dengan dimasukkan dalam perencanaan tahun berikutnya. Hehehe.
ReplyDeleteTapi nilai plus Mas Novi adalah pernah memiliki kerja sama bagus dengan lembaga Jerman dan terus saling berkomunikasi. Ditambah kerja kerasnya, sehingga sangat layak diganjar penghargaan Astra. Mungkin sudah saatnya selain republik susu, Boyolali cocok dijadikan republik keju dan semoga bisa skala besar lagi.
Di Senduro, kaki Semeru, memang termasuk sentra sapi ternak dan kambing etawa terbaik di Jawa Timur. Mudah-mudahan bisa berkembang baik :)
Sukses tulisannya, Mas Aji!