Bagi saya, pantai merupakan salah
satu tempat pelarian terbaik. Rasanya, setiap penat dan beban akan perlahan
hilang dengan sendirinya saat melihat birunya laut, mendengarkan deburan ombak,
menginjak pasir pantai, dan merasakan hembusan angin sepoi. Ada kerinduan saat
beberapa waktu tak menjumpainya.
Pantai Torohudan Gunungkidul DIY |
Karena alasan itu, beberapa waktu yang lalu saya mengajak tim
#WacanaCamping melepas rindu. Tim #WacanaCamping ini berisikan teman-teman yang
biasa camping bersama. Jika kalian pernah membaca beberapa blogpost saya
tentang camping, mungkin sudah tak asing dengan penampakan mereka.
Seperti biasa, kami menyiapkan
segala sesuatunya dengan waktu singkat. Membagi tugas siapa yang membawa tenda,
matras, bahan makan, dll. Semuanya sudah siap, kecuali satu, tujuan. Sampai H-1
kami belum memutuskan hendak camping di pantai mana. Beberapa nama pantai
diusulkan satu per satu. Saya sendiri tak mempermasalahkan pantai manapun asal
bukan pantai yang sudah pernah kami kunjungi. Alasannya mudah saja, dari
puluhan pantai di Gunungkidul rasanya kurang menantang jika mengulang tempat yang sama. Harus mencoba menikmati suasanya pantai baru yang lainnya.
Pantai Widodaren menjadi pilihan
kami. Pantai ini terletak di sebelah timur Pantai Ngrenehan dan masih belum
banyak terekspos. Letaknya yang masih sulit dijangkau membuatnya masih asri.
Butuh waktu sekitar 30-45 menit untuk trekking ke pantai ini dari Pantai
Ngrenehan. Sayang, kami yang sudah berencana berangkat lebih awal pada akhirnya
tetap molor. Kami sampai di Pantai Ngrenehan sekitar jam lima sore saat hari
mulai gelap.
Jalan Setapak Menuju Pantai Torohudan dari Pantai Ngrenehan Gunungkidul DIY |
Dengan kondisi tersebut kami
disarankan untuk berganti tujuan oleh tukang parkir setempat. Pantai Torohudan
menjadi pilihan alternatifnya. Letaknya persis di sebelah timur Pantai Ngrenehan,
dan hanya butuh waktu trekking sekitar 15 menit saja dengan menyebrangi bukit
di sisi timur Pantai Ngrenehan. Kami pun sepakat. Kami menaiki tangga yang
berada di belakang warung makan di sisi timur pantai. Sampai di atas, kami
masih harus menyelinap di sela semak-semak. Sementara di belakang bukit
merupakan ladang warga yang tampak sepi. Setelah berjalan melewati pematang,
kami pun sampai di Pantai Torohudan.
Pantai Torohudan Gunungkidul DIY |
Pantai Torohudan ini mengingatkan
saya dengan Pantai Greweng. Bibir pantainya tak begitu luas dengan batas tebing
bukit di sebelah kanan dan kiri nya. Pasirnya berwarna putih kekuningan dengan
tekstur yang kasar dan ukuran agak besar. Dari bibir pantai yang berpasir, di
belakangnya terdapat lahan berumput yang kemudian kami jadikan sebagai tempat
mendirikan tenda.
Kami langsung duduk selonjoran di
rerumputan sambil menurunkan barang sesaat setelah sampai di pantai ini. Tak
lama kami pun segera berbagi tugas. Dua orang mencari kayu bakar, dua orang
kembali ke Pantai Ngrenehan membeli ikan, dan sisanya mendirikan tenda. Saya
kebagian jadi tim sisa.
Camping di Pantai Torohudan Gunungkidul DIY |
Saya sempat melakukan hal aneh
saat yang lain tengah sibuk mengerjakan pekerjaannya. Berlari ke pinggir pantai
sambil berteriak kesetanan seakan menantang ombak untuk adu lantang. Sumpah,
saya alay. Mba Ayun & Mba Desi hanya tertawa melihatnya. Tapi sepertinya
mereka memaklumi kondisi kejiwaan saya yang sudah berbulan-bulan menahan rindu
dengannya. Uhuk! Maksud saya dengan pantai.
Bakar Ikan di Pantai Torohudan Gunungkidul DIY |
Ikan kembung bakar menemani malam
kami. Sambil duduk mengitari api unggun, makan malam kami terasa begitu nikmat.
Dengan tema acak, kami habiskan malam itu dengan perbincangan hangat. Sesekali
terbahak saat ada celoteh jenaka, dan seketika diam saat sampai pada cerita
seram.
Tak lama, terlihat kerlip lampu
datang dari arah Pantai Ngrenehan. Satu, dua, tiga, cukup banyak. Rombongan
yang awalnya kami kira nelayan atau rombongan camping lain itu akhirnya kami sapa. Belakangan kami tahu mereka warga
setempat yang ingin mencari ikan sambil bebakaran. Wah seru! Berbagai macam ikan dan bentuk
mereka dapat. Kami pun ikut larut bercengkrama akrab mengitari api unggun.
Api Unggun di Pantai Torohudan Gunungkidul DIY |
Waktu berjalan semakin malam.
Perut kenyang, angin semakin kencang, dan camilan tinggal kacang. *Halah! Dengan sendirinya kami mencari posisi untuk tiduran di luar tenda beralas
matras seadanya. Saya diam, menatap langit yang terang oleh bulan purnama.
Deburan ombak sesekali menelan suara payung teduh; play list andalan kami
setiap camping, yang malam itu terdengar syahdu dari gawai Mas Bayu. Moment yang
selalu membuat candu.
Damai. Begitulah kira-kira.
Hingga tak terasa setetes dua tetes gerimis menghancurkan suasana. Saya
terjaga, sementara waktu sudah menunjukkan jam satu di pagi buta.
Terbirit-birit kami masuk ke dalam tenda, sampai-sampai tak terfikir lagi
menyelamatkan semua benda. Saya pun kembali memejamkan mata hingga melewatkan
satu cerita.
Buka Tenda Langsung Lihat Pantai Torohudan |
Cerita itu baru saya dengar saat
pagi menjelang. Saya dan beberapa teman menunaikan kewajiban, sementara yang
lainnya masih nyaman dalam peraduan. Sambil merapikan barang yang semalam
kehujanan, kami hidupkan api untuk sekedar memanaskan air untuk membuat kopi. Tiga
teman lain akhirnya menyusul, dan cerita itu pun mengalir. Saya hanya tertawa
mendengarnya. Pantai Torohudan sendiri memang masih sepi, jadi tidak heran jika
saat berada di sini kita seakan ada yang mengawasi. Hiii
Camping di Pantai Torohudan Gunungkidul DIY |
Seperti biasa, nasi dan capcay
menjadi menu andalan pagi. Pagi yang selalu kami rindukan. Pantai, kawan, dan cerita,
adalah komposisi sempurna yang menjadi alasan kami selalu ingin mengulanginya. Siang
menjelang, sempatkan mampir Pantai Nguyahan untuk basah-basahan sebelum pulang. Lagi-lagi saya membawa sebongkah
cerita seru bersama kawan yang patut untuk dikenang. Sampai jumpa lagi
Torohudan!
Menu Sarapan Andalan Setiap Camping. Capcay! |
Catatan :
Karena dekat dengan Pantai
Ngrenehan (yang banyak warung & nelayan) maka jika camping ke Pantai
Torohudan, kamu bisa berbelanja kebutuhan seperti air mineral, ikan, dll di
sana. Lumayan mengurangi muatan yang harus dibawa dari rumah. Pantai ini juga dekat dengan ladang
& kandang ternak warga. Di ladang tersebut terdapat sumur dan toilet (namun
terkunci). Kamu bisa menggunakan air sumur untuk kebutuhan mencuci atau
berwudu, namun tidak untuk konsumsi karena setahu saya warnanya keruh. Satu
lagi, jangan lupa ucapkan salam (baik sama yang terlihat atau tidak) daripada
mereka yang mengucapkan salam duluan kan? hiiiiiii
Baca Juga :
Ada yang kurang. Kealayanmu teriak-teriak di pinggir pantai nggak diupload juga.
ReplyDeleteDadi pengen camping neng pantai iki. Bakar iwak anget - anget dipangan asik koyoNe
DeleteHahahah itu off the record aja. hekekek
DeleteKamu kalo camping memang selalu bikin api unggun kah?
ReplyDeleteEngga juga sih. Itu krn bakar ikan aja, trs pas ada bekas tempat perapian jg. Biasanya cm masak pake kompor + nesting aja.
DeleteBangetttt! Ehehehe
ReplyDeleteSeruuu baca pengalamanmu camping di dekat pantai, makannya rame-rame gitu jadi nambah ke bersamaan :)
ReplyDeleteCheers,
Dee - heydeerahma.com
Iya, bikin kangen yg begini, hehee
DeleteMenikmati deburan ombak di pantai memang serasa obat... obat peluruh dari segala penat. Untunglah di Malang juga banyak jajaran pantai yang indah... jadi tinggal pilih aja hihihihi
ReplyDeleteKarena pantai adalah salah satu tempat pelarian terbaik. eaaaa! wkwkkwkw iya obat alami yg manjur bgt sih... *buatku :)
Deletenggak sakit jiwa kan setelak teriak teriak lebay ke ombak? *DiBarbekiu :))))
ReplyDeletewkwkkwwk justru malah sembuh mak. Kalo gak tereak2 bisa gila beneran itu. hahaha
ReplyDeletekayanya seru tuh bisa camping ka pantai torohudan.. Pantanya sungguh indah
ReplyDeleteseperti namah seru banget tuh kak
ReplyDelete