Kecintaan saya pada desa wisata
terasa semakin menumpuk seiring semakin banyak desa wisata yang saya kunjungi.
Rasanya di setiap desa wisata, saya selalu menemukan berbagai potensi yang baru
dan berbeda. Saat saya dan teman-teman #EksplorDeswitaMalang berada di desa
wisata Sanankerto misalnya.
Desa Wisata Sanankerto |
Mobil yang kami tumpangi berhenti
di sebuah kantor desa. Kami pun segera beranjak turun dan mengambil tempat
untuk ngaso di pendapa kantor ini. Niat untuk rebahan di sebuah kursi panjang pun
saya urungkan saat melihat keunikan bangunan pendapa. Semua dekorasi mulai dari
atap hingga tiangnya terbuat dari bambu yang dibentuk sedemikian hingga
terlihat sangat epik. Saat sedang mengamati, teman lain menyadari hal yang sama & terlihat sibuk mengambil
gambar dari berbagai sisi. Maka tanpa perlu dijelaskan, saya meyakini potensi
andalan dari desa wisata ini pastilah kerajinan bambu.
Desa Wisata Sanankerto (Photo : nasisullahsitam.com) |
Melihat Proses Pembuatan Telur Asin Asap
Kami kemudian dibawa ke
sekretariat desa wisata setempat untuk menikmati sajian menu makan siang sambil
melakukan sesi pengakraban. Berbagai sajian siap disantap di atas meja makan
sambil duduk bersila melingkar di atas tikar. Ada ayam, bebek, urap, dan masih
banyak lagi. Yang menarik, ada telur asin yang katanya merupakan hasil olahan
sendiri oleh tuan rumah, yakni Pak Indra.
Telur Asin Desa Wisata Sanankerto |
Menariknya lagi, telur yang
diolah merupakan telur dari bebek yang juga diternak sendiri. Dalam satu minggu,
sekira 200-300 butir telur hasil ternak diolah menjadi telur asin dan telur
asin asap. Telur asin asap ini sedikit berbeda dengan telur asin biasa karena
melalui proses pengasapan yang membuatnya lebih awet dengan aroma & rasa
yang khas. Warnanyapun bukan lagi hijau/biru khas telur bebek melainkan
kecoklatan. Kalau kata pecinta telur asin sih telur asap ini rasanya lebih masir.
Telur Asin Asap Desa Wisata Sanankerto |
Beruntung kami dapat melihat sekaligus belajar langsung proses pembuatan telur asin asap ini. Dimulai dengan membersihkan telur bebek dengan air mengalir, kemudian dilumuri atau dibungkus dengan campuran batu bata, tanah liat, dan garam. Setelah itu disimpan selama tiga hari untuk mendapatkan tingkat keasinan yang pas. Telur kemudian dibersihkan, dan direbus. Sementara untuk telur asin asap masih butuh proses pengasapan di dalam tong yang sudah dimodifikasi selama berjam-jam, yakni sekitar 4-8 jam. Telur asin asap ini sendiri kini menjadi salah satu oleh-oleh andalan dari desa wisata Sanankerto.
Kerajinan Bambu Menjadi Andalan Desa Wisata Sanankerto
Boon Pring Desa Wisata Sanankerto |
Hari semakin sore, satu persatu
kami dibonceng dengan sepeda motor oleh anggota pokdarwis menuju salah satu
destinasi menarik di desa wisata ini, kerajinan bambu. Persis dugaan saya saat
pertama datang. Beberapa pemuda terlihat tengah sibuk dengan aktifitasnya bersama bambu. Ada yang sedang mengamplas, mengecat, memahat, dll. Mereka inilah
sosok-sosok kreatif yang inspiratif menurut saya. Betapa tidak, yang sedang
mereka olah bukanlah bambu utuh dengan bentuk yang bagus, melainkan limbah
bambu.
Kerajinan Bambu Desa Wisata Sanankerto |
Limbah bambu yang saya maksud
merupakan bagian bambu yang sudah tak terpakai seperti bagian ruas, atau akar.
Sementara bagian batang bambunya sendiri oleh masyarakat setempat dijadikan
kerajinan utama berupa tusuk sempol atau sate. Limbah bambu diolah menjadi
kerajinan atau souvenir seperti asbak, bonsai, kaligrafi, bahkan miniatur kapal
pinisi. Limbah-limbah tersebut pun akhirnya menjadi souvenir yang memiliki
nilai ekonomi, mulai dari 20 ribu untuk asbak paling kecil hingga 700 ribu
untuk miniatur kapal pinisi.
Kerajinan Bambu Desa Wisata Sanankerto |
Saya sempat berbincang dengan Mas
Rudy salah satu anggota pokdarwis setempat. Menurutnya, aktifitas ini baru
berjalan sekitar satu bulan. Inspirasi tersebut datang saat melihat potensi
bambu di desanya, juga banyaknya limbah bambu yang berakhir dipembakaran saja.
Agar lebih bermanfaat, Mas Rudy dkk menyulapnya menjadi souvenir sekaligus buah
tangan khas desa yang memang dikenal sebagai salah satu penghasil bambu ini. Bahkan
dari aktifitas positif ini pula banyak pemuda setempat yang sebelumnya
menganggur bisa mendapatkan mata pencaharian.
Tusuk Sempol Desa Wisata Sanankerto |
Tak hanya sampai di situ, sore
hari kami diajak jalan-jalan berkeliling desa. Bambu-bambu berukuran sekitar 20-30 cm terlihat dijemur di sepanjang pinggir jalan. Bambu-bambu inilah yang
biasanya dijual untuk tusuk sate atau tusuk sempol, salah satu jajanan khas
Malang. Kami sempat mampir ke beberapa pengrajin tusuk sempol yang ada di desa
tersebut. Ada yang masih menggunakan alat manual, ada pula yang sudah dibantu
dengan tenaga mesin.
Alat yang saya maksud adalah alat peraut bilah bambu yang sudah dipotong-potong agar lebih halus. Jika alat manual, caranya dengan memasukkan bambu satu persatu pada lubang alat kemudian ditarik menggunakan tangan. Sementara alat mesin cukup memasukkan bambu pada alat tersebut dan keluar dengan kondisi yang sudah halus. Mayoritas pekerjaan ini dilakukan oleh para ibu-ibu. Tangan-tangan tersebut terlihat cekatan membelah bambu utuh menjadi potongan-potongan kecil. Tak ada rasa takut tergores pisau atau belahan bambu itu sendiri.
Alat yang saya maksud adalah alat peraut bilah bambu yang sudah dipotong-potong agar lebih halus. Jika alat manual, caranya dengan memasukkan bambu satu persatu pada lubang alat kemudian ditarik menggunakan tangan. Sementara alat mesin cukup memasukkan bambu pada alat tersebut dan keluar dengan kondisi yang sudah halus. Mayoritas pekerjaan ini dilakukan oleh para ibu-ibu. Tangan-tangan tersebut terlihat cekatan membelah bambu utuh menjadi potongan-potongan kecil. Tak ada rasa takut tergores pisau atau belahan bambu itu sendiri.
Desa Wisata Sanankerto |
Pagi hari, kami kembali dijemput
oleh anggota pokdarwis di homestay masing-masing. Kali ini tujuan kami adalah
hutan bambu. Ditempat inilah tumbuh puluhan jenis bambu yang sudah menghidupi
mayoritas warga Sanankerto sebagai pengrajin. Kami sedang tidak mencari
bambu untuk kami tebang, melainkan menikmati keindahan sisi lain dari hutan bambu
di pagi hari.
Satu fenomena yang menjadi buruan para pecinta fotografi. Mereka menyebutnya dengan ROL yang merupakan kependekan dari Ray Of Light. Mas Gimbal yang pagi itu memimpin perjalanan kami menjelaskan bahwa fenomena ROL ini menjadi hal baru yang diminati oleh para pengunjung di desa ini. Beberapa orang bahkan menyebutnya sebagai cahaya dari surga saking indahnya.
Satu fenomena yang menjadi buruan para pecinta fotografi. Mereka menyebutnya dengan ROL yang merupakan kependekan dari Ray Of Light. Mas Gimbal yang pagi itu memimpin perjalanan kami menjelaskan bahwa fenomena ROL ini menjadi hal baru yang diminati oleh para pengunjung di desa ini. Beberapa orang bahkan menyebutnya sebagai cahaya dari surga saking indahnya.
Hutan Bambu Desa Wisata Sanankerto |
Semakin lama kami semakin masuk
ke dalam hutan. Sembari menunggu matahari yang beringsut ke atas, kami mencari
spot terbaik untuk menangkap fenomena ROL ini. Hutan bambu pagi itu masih
terlihat cukup gelap, apalagi ditambah kabut tipis yang tampaknya masih betah
menyelimutinya. Melihat kondisinya, sepertinya seru juga ya jika dibuat paket
wisata malam ala-ala uji nyali. Asal jangan ajak-ajak saya aja sih.
Mas Ghozali tampak paling
antusias di antara yang lainnya. Jelas. Selain memang perangkatnya yang kala
itu paling mutakhir, hasil karyanya pun paling kekinian. Apalagi kalau bukan
foto 360. Teman lain tak kalah sibuk dengan beragam gaya mencari angle yang
dirasa cukup epik. Sementara saya yang berada di barisan paling belakang cukup
dibuat sibuk oleh hinggapan beberapa ekor nyamuk di kaki dan tangan. Yah, dasar anak bawang.
Mengelilingi Pulau Putri Sekarsari & Danau Andeman
Pulau Putri Sekarsari Andeman Sanankerto |
Destinasi terakhir kami di Desa
Wisata Sanankerto ini adalah Pulau Putri Sekarsari. Tidak kebayang bukan jika di kampung ternyata ada sebuah pulau? Sebenarnya pulau ini hanya merupakan
gundukan tanah yang berada di tengah danau, sehingga membuatnya terlihat
seperti sebuah pulau. Untuk menuju pulau ini kita dapat menyebrangi sebuah
jembatan, sementara di atasnya kita dapat menikmati taman yang asri dengan
pohon rindang dan beragam tanaman bunga.
Danau Andeman Desa Wisata Sanankerto |
Selain bersantai di atasnya,
kita juga dapat mengelilingi pulau ini dengan menggunakan kendaraan air. Beberapa
pilihan disediakan seperti kapal boat dengan tarif tiga ribu rupiah, atau
sepeda air dengan tarif 10 hingga 20 ribu rupiah. Jika beruntung, kita dapat
menemukan berbagai binatang seperti itik, burung, biawak, dan binatang lainnya di
kawasan ini. Kawasan ini sendiri sebenarnya lebih dikenal sebagai danau andeman
atau waduk andeman.
Danau Andeman Desa Wisata Sanankerto (photo : nasirullahsitam.com) |
Nah, menarik bukan? Desa Wisata
Sanakerto ini cukup peka dengan potensi yang dimiliki. Hutan bambu tak hanya
dijadikan sebagai sumber daya kerajinan bambu dan menghidupi sebagian
masyarakatnya, namun juga disulap menjadi salah satu atraksi wisata yang
menarik. Inspiratif.
Desa Wisata Sanankerto
Turen, Kab. Malang
Telp: 0838-4882-4802 (Mas Rudi)
Akhirnya, ketulis juga ya. Hehe.
ReplyDeleteKok foto2 dari siomaymu apik sih. Jadi ga sabar pengen segera pegang siomay terbarumu.
Eh, sing bener penisi apa pinisi e?
Pinisi. *abis cek kbbi* wkwkwkwk tu kaaan tu kaaan, ga sabar. Sungguh ebret.
DeleteBtw, judule kok mirip2 punya inwis ya. wkwkw. Dasar ebret
DeleteJoss ms foto"nya..
ReplyDeleteBerasa kayak destinasi kelas dunia..
Semoga nantinya jadi seperti itu.. Aamiin
Lebih jos lihat langsung mas, adem bgt. hehe
Deletemas aji liburan melulu sih..terus gak ajak ajak
ReplyDeleteTakut sm istrimu om... *eh wkwkwkwk
DeletePenginapan di sana berapaan Hu? Susah aksesnya dari Kota Malang?
ReplyDeleteEngga kok, Malang mah ramah transport. Apa aja ada. Kalo rate paket homestay sm wisata langsung hubungi kontak di atas cui...
DeleteKok kamu nggak berenang di Danau Andeman? Ahh kurang seru kalau nggak merasakan dinginnya air di sana ahhahahah
ReplyDeleteUp Lurd!
Deletewaktu buka tulisanmu ini, aku langsung terpesona sama foto awalnya.. emang tastemu luar biasa mas aji...
ReplyDeletejadi kamu lebih suka keliling desa daripada keliling bareng aku? :p
Ahhh bisa aja ko. Iya dong, pilih keliling desa, kam nya gak pernah ngajak. wkwkwk
DeletePengen telur asapnyaaa....
ReplyDeleteSini tuh kayaknya tempat yang asyik buat tinggal dan membesarkan anak-anak ya, kayak di Bejalen kemaren juga. Aku selalu jatuh cinta dengan desa yang punya telaga.
Hahahaah selalu yah mba, tempat (((membesarkan anak-anak))) :D
DeleteIya, aku pun. Kesannya adem ayem gt yah... :)
Postingannya sama dengan Tommy, tentang Sanankerto, pergi bareng ya, hahahahaha *disepak*
ReplyDeleteKapan-kapan kita jalan bareng dong, penasaran sama keseruanmu :p
Ya emang serombongan makkkkk -_-
DeleteSegeeeeer tenan Sanankerto ini! Gak mikirin ngebret sudah :D
ReplyDeleteHahahah kamu mau diebretin mas? siniii siniii :D
DeletePengen bungkus telur asapnya. Hahahaha
ReplyDeleteHahahaha aku gak suka telur asin sih, jadi ya gak ngiler. hehee
Deletemirip sungai maron di pacitan ya
ReplyDeleteBeda dong... ini danau, onoh sungai. hehehe
DeleteWaah, baru tau ada yg seperti ini di Turen, wajib masuk bucket list nih
ReplyDelete