Pagi itu di mulai dengan sedikit shock therapy. Tiket yang seingat saya sudah saya siapkan di resleting tengah tas kecil saya mendadak...

Serunya 3 Hari Keliling Banyuwangi


Pagi itu di mulai dengan sedikit shock therapy. Tiket yang seingat saya sudah saya siapkan di resleting tengah tas kecil saya mendadak hilang. Saya lihat jam, waktu tengah menunjukkan 10 menit sebelum jam keberangkatan kereta. Setelah cukup panik, saya pun menenangkan diri dengan mengambil nafas panjang, dan kemudian dengan hati-hati saya bongkar tas kecil saya, dan tiket pun saya temukan di bawah buku catatan kecil. Lega rasanya. Setelah antri untuk periksa tiket, saya pun duduk di kursi tunggu sambil menyeka keringat. Tak lama berselang, kereta ekonomi Logawa datang, sayapun bergegas untuk masuk dan mencari nomor kursi saya, dan segera berangkat menuju Surabaya.

Di Surabaya, saya sempatkan bertemu dengan teman-teman CJ terlebih dahulu. Gaby & Putri mengajak saya mencicipi salah satu makanan khas Surabaya, Lontong Balap. Tepatnya di Lontong Balap Pak Gendut di Jl. Kranggan. Sorenya, kami menghabiskan waktu di Taman Bungkul sambil makan Kue Rangin. Saya juga sempat membeli Semanggi yang katanya salah satu makanan khas Surabaya yang sudah mulai langka. Selepas maghrib mereka pamit karena ada urusan lain, sedangkan saya masih di taman sambil menunggu teman dari BPJS. Kak Octa, Kak Didi, Nitha, & Joe yang juga kebetulan sedang ada di Surabaya. Mereka menemani saya menghabiskan malam di Taman Bungkul, kemudian kami juga sempat makan malam dan nongkrong di minimarket hingga tengah malam.

Lontong Balap Surabaya
Saya diantarkan Kak Octa kembali ke Taman Bungkul saat rombongan dari Bandung telah sampai di Surabaya. Mereka adalah sebagian teman yang bergabung dalam trip share cost ke Banyuwangi kali ini. Total teman perjalanan saya kali ada 19 orang yang semuanya mayoritas belum saling kenal/bertemu. Sambil menunggu rombongan lain dari Jakarta, kami pergi ke Tugu Pahlawan icon Kota Surabaya. Jam 2 pagi, kami sudah berada di Stasiun Pasarturi menyambut teman-teman lain dari Jakarta dan menunggu elf yang akan mengantar kami selama di Banyuwangi. Sesuai Itinerary, seharusnya kami sampai di Green Bay jam 10 pagi, nyatanya saat Sholat Jumat kami masih berada di daerah Jember. Sekitar jam 2 siang, kami memutuskan untuk ke Red Island terlebih dahulu karena kondisi badan dan mata yang sudah urgent butuh asupan vitamin sea.

Red Island
Red Island atau Pulau Merah atau Pulo Merah berada di Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi. Pantai ini dikenal karena sebuah bukit/pulau kecil yang memiliki tanah berwarna merah, meski tertutup oleh vegetasi berwarna hijau. Inilah alasan kenapa dinamakan Pulau Merah. Bukit ini dapat dikunjungi dengan berjalan kaki saat air laut surut. Sedangkan saat pasang, membutuhkan perahu untuk menyeberanginya. Pantai disekitar Red Island memiliki pasir yang lembut dan juga bebatuan karang yang akan dapat terlihat di antara pantai dan bukit saat surut. Berbagai biota laut seperti ikan-ikan kecil akan terlihat disana. Puas menyusuri Red Island, kami bergegas ke Green Bay. Butuh waktu sekitar 1,5 jam untuk menuju Green Bay dari Red Island dengan kondisi jalan yang amat sangat ajib! Saking ajibnya bikin ajeb-ajeb. hahaha bercanda. Jalan yang dilalui melewati perkampungan warga yang rusak dan bergelombang. Tak jarang, saya yang duduk di deretan kursi paling belakang sesekali terpental.

Pantai Rajegwesi
Pantai Rajegwesi terletak di Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur tepatnya di dalam kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Pasir Pantai Rajegwesi berwarna coklat akibat endapan lumpur yang dibawa sungai yang bermuara di pantai ini saat banjir. Pantai ini juga dikelilingi hutan tropis hijau yang masih asri. Sayangnya, kami sampai di pantai ini saat hari sudah sore dan sudah mulai gelap. Kami pun hanya bisa menikmatinya sebentar dan gagal untuk melanjutkan perjalanan ke Green Bay. Dari Pantai Rajegwesi kami banting setir menuju ke Kawah Ijen. Butuh waktu cukup lama menuju Kawah Ijen dari Pantai Rajegwesi ini mengingat letaknya yang memang cukup jauh, sekitar 5-6 jam perjalanan. Kawah Ijen sendiri terletak di dalam wilayah Cagar Alam Taman Wisata Ijen, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Jam 1 dini hari, kami terbangun dan sudah berada di area parkir Kawah Ijen. Udara yang dingin menyambut kami saat turun dari mobil. Selesai prepair pakaian hangat, kamipun siap mendaki menuju kawah ijen.

Kawah Ijen
Butuh waktu 2-3 jam mendaki untuk sampai Kawah Ijen dengan jalur pendakian yang cukup lebar, tanah berpasir. Cukup mudah meski terkadang ada tanjakan yang cukup membuat ngos-ngosan. Kami saling terpisah, saya sendiri memilih untuk berjalan sendiri. Sampai di Kawah Ijen, yang kami cari ahirnya terlihat di depan mata kami. Blue Fire. Sebuah fenomena alam yang hanya ada 2 di dunia yakni Islandia dan Kawah Ijen ini. Selain itu, Danau Kawah Ijen juga dikenal sebagai Danau air sangat asam terbesar di dunia.

Blue Fire Kawah Ijen
Di Kawah Ijen, saya hanya duduk memandangi Blue Fire sampai matahari terbit. Karena saya terpisah oleh rombongan, tak lama saya putuskan untuk kembali turun. Dari Kawah Ijen, tujuan kami selanjutnya adalah Pulau Menjangan, Bali Barat. Waktu yang di tempuh sampai di daerah Pantai Watudodol sekitar 3-4 jam. Saya lupa tepatnya. Sedangkan untuk menyeberang ke Pulau Menjangan sendiri membutuhkan waktu 1 jam.

Pulau Menjangan
Pulau Menjangan terletak 5mil barat laut Pulau Bali dan masuk dalam kawasan Taman Nasional Bali Barat. Nama Pulau Menjangan sendiri di ambil dari nama "Menjangan" yang berarti rusa/kijang yang merupakan penghuni pulau ini. Pulau Menjangan dikenal sebagai surga bagi turis yang hobby Diving dan Snorkeling Karena keindahan bawah lautnya.

Snorkeling Pulau Menjangan
Hari sudah gelap saat kapal kami merapat kembali Pantai Watudodol. Selesai bersih-bersih dan beberes, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini ke Taman Nasional Baluran. Taman Nasional Baluran sendiri terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo dan Wongsorejo, Banyuwangi (sebelah utara), Jawa Timur, Indonesia. Nama dari Taman Nasional ini diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu Gunung Baluran. Malam itu kami menyusuri gelapnya hutan Baluran. Tak ada kendaraan lain yang melintas kecuali kami saja. Butuh waktu sekitar 1 jam dari gerbang Taman Nasional Baluran untuk sampai ke Savana Bekol. Rencana kami malam itu memang akan bermalam di rumah warga di sekitar Savana Bekol. Sekitar jam 10 malam, selesai pembagian kamar, kami pun segera pingsan (baca : tidur nyenyak) untuk bangun pagi mengejar sunrise.

View dari Menara/Gardu Pandang Savana Bekol
Pagi hari, kami sudah kembali berkumpul untuk hunting sunrise di menara/gardu pandang belakang penginapan. Dari menara ini selain dapat menikmati matahari terbit juga dapat melihat hamparan Savana Bekol dari ketinggian. Berbagai fauna seperti Monyet, Rusa, Banteng, Merak, dll terihat berlarian bergerombol dari atas menara. Puas menikmati pemandangan dari menara, kami melanjutkan untuk turun & menuju savana.

Icon Savana Bekol
Savana Bekol Baluran juga sering disebut Africa Van java. Saat musim kemarau, savana bekol akan terlihat gersang dengan rerumputan kering layaknya di Afrika. Adanya tengkorak banteng yang dipajang pada sebuah saung yang memanjang membuat sebutan "Africa Van Java" semakin terasa. Tidak salah jika spot ini menjadi icon Savana Bekol dan menjadi spot favorite pengunjung untuk berfoto.

Savana Bekol w/ teman-teman jalan
Yang saya sayangkan dari perjalanan kali ini adalah saya tidak dapat mencicipi satu pun makanan khas Banyuwangi. Separuh lebih waktu yang kami miliki, habis di jalan mengingat jarak dari satu tempat wisata ke wisata lainnya cukup jauh. Kami pun makan dengan menu seadanya dan sedapatnya di jalan, tidak ada sesi hunting kuliner. Meski begitu saya jadi punya alasan untuk kembali ke Banyuwangi. :D

Tips Keliling Banyuwangi :

  • Siapkan Itinerary yang matang dengan estimasi waktu yang rapi. Meski ahirnya kurang sesuai, setidaknya kita punya gambaran & solusi saat harus menghadapi kondisi tersebut. Seperti kami yang sedikit tak sesuai Itinerary, namun over all berjalan cukup lancar karena itinerary yang cukup rapi.
  • Letak tempat wisata 1 ke wisata lainnya di Banyuwangi cukup jauh. Sebaiknya tentukan prioritas wisata mana yang ingin dikunjungi, apalagi jika waktu yang dimiliki terbatas. Lebih baik enjoy di satu tempat dibandingkan kurang enjoy karena dikejar waktu untuk beberapa tempat. Yes?
  • Share Cost seperti kami adalah solusi paling tepat untuk menekan biaya (cost)
  • Jika ingin wisata kuliner di Banyuwangi, pastikan teman perjalananmu doyan pedas, karena mayoritas makanan khasnya pedas (Rujak Soto, Nasi Tempong, dll). Jika temanmu menolak karena tidak doyan pedas, buang saja ia ke laut daripada gagal untuk wisata kuliner seperti saya. *kemudian digetok mas jastin* :D


Jam 8 pagi, kami berkemas dan bersiap kembali menuju Surabaya. Teman-teman dari Bandung harus mengejar kereta jam 7 malam dari Stasiun Gubeng. Beruntung kami memiliki sopir yang bisa diandalkan. Perhitungan waktunya tidak meleset. Kami sampai di Gubeng sekitar jam 6. Sedangkan teman-teman dari Jakarta turun di Stasiun Pasarturi, saya sendiri memilih naik bus dari Terminal Bungurasih. Dan ini menjadi ahir dari perjalanan kami kali ini, bersama orang-orang yang baru saya kenal di stasiun.  Sampai jumpa di perjalanan berikutnya kawan. :)


10 comments:

  1. Yaaah akhirnya gak jd mantai di greenbay ya. Ini hampir mirip pas aku jalan 2014. Tapi urutannya dr surabaya ke baluran dan bama sampe sunset, lanjut Ijen, lanjut rajegwesi, greenbay, sukamade, besoknya red island. Menjangan nya baru nyusul dua bulan kemudian setelah dr bromo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya mba. Harus balik sana lagi kayaknya yah. Pantai Bama, Green Bay, sm Wiskul belum. hihihi

      Delete
  2. Lah itu sebut2 nama pula, tendang nih *emot sadis

    ReplyDelete
  3. laaah kirain fotoku nampang neng kene :3

    ReplyDelete
  4. banyk sekali ya tempat-tempat yang menarik untuk kita kunjungi di banyuwangi.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung & berkenan meninggalkan komentar :)