Desa Wisata Kebonagung Bantul Kendaraan yang kami tumpangi melaju perlahan. Di luar, terlihat hamparan sawah yang hijau dengan pematang...

Wisata Edukasi Bertani di Desa Wisata Kebonagung Imogiri

Desa Wisata Kebonagung Bantul
Desa Wisata Kebonagung Bantul
Kendaraan yang kami tumpangi melaju perlahan. Di luar, terlihat hamparan sawah yang hijau dengan pematang sebagai pembatas setiap petaknya. Khas pedesaan. Sementara di dalam kendaraan, Mas Sitam tak henti-hentinya bercerita tentang pengalamannya yang pernah mengunjungi desa wisata yang akan kami tuju ini. Benar, ini kali kedua baginya mengunjungi desa wisata Kebonagung Imogiri Bantul.

Sekretariat Desa Wisata Kebonagung Bantul
Sekretariat Desa Wisata Kebonagung Bantul
Kami sampai di sekretariat desa wisata setempat. Sejumlah warga yang tengah menunggu kedatangan kami menyambut dengan ramah, pun dengan ketua Pokdarwis (kelompok sadar wisata) yang menyalami kami satu per satu. Pak Dalbya namanya. Siang itu ia bercerita banyak soal potensi wisata di desanya. Semangatnya membangun desa sangat terlihat jelas dari tuturnya yang begitu antusias. Desa ini sendiri mulai merintis sebagai desa wisata sejak tahun 1998, dan sempat porak poranda akibat gempa Jogja di tahun 2006. Untunglah semangat Pak Dalbiya dan masyarakatnya tak pernah surut untuk kembali membangunnya.

Pak Dalbya menghentikan ceritanya. Ia kemudian mengajak kami keluar dan menghampiri ibu-ibu yang sebelumnya sudah menyambut kami saat datang. Mereka menunjukkan salah satu kesenian yang mereka sebut dengan Gejog Lesung. Istilah Gejog Lesung sendiri berasal dari kata gejog yang berarti memukul, sementara lesung merupakan kayu yang digunakan sebagai tempat menumbuk padi. Dahulu alat ini memang digunakan sebagai penumbuk padi, namun dengan adanya tenaga mesin yang lebih mudah dan cepat, saat ini gejog lesung dikenalkan sebagai salah satu kesenian musik yang ditampilkan di acara-acara tertentu. 

Kesenian Gejog Lesung Desa Wisata Kebonagung Bantul
Kesenian Gejog Lesung Desa Wisata Kebonagung Bantul
Para ibu tersebut dengan kompak saling bersahutan memukul gejog lesung hingga terdengar suara yang berirama. Karena penasaran, Hannif dan Aya sempat mencoba memainkannya. Namun bisa ditebak jadinya seperti apa. Emm yang penting sudah mencoba lah ya. Yayaya...

Selesai dengan kesenian gejog lesung selanjutnya kami diajak bersepeda kelilig desa. Satu per satu kami menaiki sepeda ontel dan memakai caping sebagai penutup kepala. Atmosfer pedesaan begitu terasa, apalagi rute kami melewati persawahan. Kami juga sempat berhenti menengok salah satu homestay dan menikmati suasana tepian bendungan sungai. Kesadaran wisata masyarakat desa ini memang patut diacungi jempol. Setidaknya sudah ada 52 rumah yang tersebar di beberapa dusun sekitar yang dijadikan sebagai homestay.

Bersepeda Keliling Desa Wisata Kebonagung Bantul
Bersepeda Keliling Desa. Foto by : Nasirullahsitam.com
Pak Dalbiya menuturkan, homestay yang rata-rata memiliki 2-3 kamar ini pernah menampung wisatawan dari SMA Jakarta yang berjumlah lebih dari 200 anak. Bahkan pada tahun 2008 desa ini pernah menjadi tempat penyelenggaraan Hari Anak Nasional dan mampu menampung 600 anak dari berbagai daerah. 

Yang paling menarik dari desa wisata ini adalah wisata edukasi bertani. Yaps, di desa ini wisatawan akan diajak untuk mencoba menjadi petani dalam sehari. Berbagai aktivitas seperti membajak dan menanam padi akan diajarkan langsung oleh petani setempat. Sebuah aktivitas yang akan menyadarkan masyarakat kita khususnya yang terlena akan modernisasi, bahwa dari aktivitas inilah kita masih dapat mengisi perut dengan nasi. 

Desa Wisata Kebonagung Bantul
Membajak Sawah Desa Wisata Kebonagung Bantul
Kami diajak ke sawah yang tak jauh dari sekretariat. Tak lama, seorang bapak paruh baya datang mengarak dua ekor kerbau yang akan menjadi tenaga pembajak. Kami saling pandang saat si bapak menawarkan kami untuk mengendalikan kerbau tersebut. Mas Sitam dan Hannif bersemangat melangkah ke depan untuk mencobanya. Mereka secara bergantian menaiki alat luku (bajak dalam bahasa jawa) yang ditarik oleh kedua kerbau. Melaju beberapa kali putaran, keduanya terlihat begitu riang. Melihatnya, justru seperti melihat orang yang sedang menaiki banana boat. Yaelah!

Selesai membajak, selanjutnya kami diajari untuk menanam padi. Bagi sebagian orang, barangkali tak pernah tahu bagaimana cara menanam padi. Hal itu bukanlah perkara mudah. Bibit padi harus ditanam satu per satu dengan jarak tertentu, itu pun dilakukan sambil berjalan mundur. Bayangkan betapa pegalnya petani saat melakukan hal itu, apalagi panas-panasan seharian. Terberkatilah wahai para petani, para pahlawan pangan.

Bertani di Desa Wisata Kebonagung Bantul
Bertani di Desa Wisata Kebonagung Bantul
Mas Sitam tampak paling bersemangat mencoba menanam padi sore itu. Bukan, bukan karena belum pernah melakukannya. Namun karena banyak nakdek gemes menemaninya. Owalah!


Desa Wisata Kebonagung Imogiri Bantul
Desa Wisata Kebonagung Imogiri Bantul
Desa wisata Kebonagung tak hanya sekedar destinasi, melainkan juga tempat beredukasi. Tentang semangat membangun & mengangkat potensi desa, juga tentang mengajarkan bagaimana cara bertani yang semakin dilupa.


Desa Wisata Kebonagung di Cam On Trans 7


*Tulisan ini merupakan catatan perjalanan yang didapat saat kegiatan #EksplorDeswitaJogja (Eksplor Desa Wisata Jogjakarta) yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Desa Wisata Provinsi DIY 23-26 Februari 2017.

Desa Wisata Kebonagung
Imogiri, Bantul, DIY
Dalbya : 081392525751/087738778594
Email : mr.dalbiya@yahoo.co.id


Baca Juga :
1. Mengenal Batik Lebih Dekat di Kampung Batik Giriloyo Wukirsari Bantul
2. 5 Hal Menarik yang Bisa Kamu Lakukan di Desa Wisata Malangan Sleman DIY
3. Suatu Pagi di Kampung Pitu Nglanggeran Gunungkidul

23 comments:

  1. Aku loh ada foto-fotonya nakdek, buahahahhahaha.

    ReplyDelete
  2. pokoknya halan halan terus, aku malah nyimak videone nih..ora moco tulisane :))

    ReplyDelete
  3. Nakdek gemeeeessss... =D Seketika keseriusan ku buyaaaarr.. Hahahaha.. Tapi aku juga suka jalan2 ke deswi loh mas, kebawa jaman skripsi sampe sekarang.. Haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha ayuk mak jalan2 ke desa wisata lain rame2 sm blogger Solo. Seru kali yah... :)

      Delete
  4. Ahayyy.. jarang2 bisa ketemu kerbau.. keren

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah kan, uda jarang2 kan nemu yg begini. Hehee

      Delete
  5. Weleh malah diajari ngluku. Gayeng tenan mas ketok e, moda transportasi umum e ke sana mudah ndak sih mas?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo transportasi umum kayaknya agak susah ya, mending rental atau transportasi online mas.

      Delete
  6. Di kampungku juga banyak nih,Mas kaya beginian..kayaknya seru ya kalau dijadiin destinasi wisata kaya begini. Menyenangjan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk iya mak, pasti asik. Apalagi kalo desamu punya potensi lain yg tak kalah seru.

      Delete
  7. Desa wisata ini suka banget aku datengin, noted! Kemarin aku ke Magelang nyari desa wisata, duh kok malah muter-muter huhuhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk kamu sih mak, gak ngajak aku. hahaha

      Delete
  8. yang jadi pertanyaan, biasanya kan bertani ini musiman, kalau lagi panen rata2 panen semua. apa wisatanya disesuaikan dengan kondisi sawah pada saat dateng ke sana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah, aku lupa nanya itu lagi :( next ya aku update infonya

      Delete
  9. Duh asik banget ya bisa main ke desa wisata ini. Jadi pengen. Keliatnnya adem gitu di desa mah, gak kayak di daerah kota yang setiap hari banyak polusi..he

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe iya mas, cocok pokoknya bt orang yang uda penat sm suasana perkotaan

      Delete
    2. Betul mas, apalalgi bisa botram di daerah pedesaannya. Pasti nikmat banget tuh :)

      Delete
  10. mbak-mbak e dan mas mas e nek go camping ngono kae gantenge dan ayune nambah 30% ya... asli..ngarep dewe tambah ayu dadine, mendambakan suasana seperti ini yang mulai hilang di desa-desa

    ReplyDelete
  11. "Para ibu tersebut dengan kompak saling bersahutan memukul gejog lesung hingga terdengar suara yang berirama. Karena penasaran, Hannif dan Aya sempat mencoba memainkannya. Namun bisa ditebak jadinya seperti apa. Emm yang penting sudah mencoba lah ya. Yayaya..." -> paragraf ini semacam bermakna tendensius :D

    Mben kudu nge-mi ayam di Kebonagung :D

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung & berkenan meninggalkan komentar :)