Meski cuaca mendung tak menyurutkan niat saya untuk menghadiri undangan One Day Tour dari Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Magelang 9-10 Desember lalu. Tak sampai 2 jam perjalanan, Saya dan Mba Aida dari Solo sampai di Hotel Safira yang terletak di depan Akmil Magelang. Kami disambut oleh Mas Andi dari Dinbudpar Kota Magelang di meja registrasi yang kemudian memberikan kunci kamar kami masing-masing. Menurut run down yang saya dapatkan, kami akan menghadiri ritual ruwat bumi Gunung Tidar sekitar pukul 2 siang. Sambil menunggu peserta lain, saya masih punya waktu untuk Sholat Jumat & makan siang.
Saat kami sampai di Gunung Tidar sudah terlihat para peserta yang bersiap untuk melakukan kirap ke puncak. Ada 17 kelurahan dari 3 kecamatan di Kota Magelang yang ikut serta dalam acara ini. Mulai dari pria - wanita, tua - muda, mengenakan baju tradisional berupa beskap dan kebaya dengan membawa tumpeng dan ubo rampe nya. Mereka akan melakukan arak-arakan membawa makanan tersebut ke Puncak Tidar. Ratusan anak tangga harus kami naiki untuk mencapainya. Di tengah perjalanan, beberapa orang terlihat kepayahan dan beristirahat untuk mengambil nafas. Wajar saja, karena beberapa peserta memang terlihat sudah sepuh. Gunung Tidar sendiri sebenarnya hanya memiliki ketinggian 503 Mdpl yang bisa didaki dengan waktu sekitar 30 menit. Gunung ini merupakan destinasi wisata religi. Banyak pengunjung yang sengaja datang untuk berziarah. Kita akan menemukan makam Syaikh Subakir yang konon adalah penakhluk Gunung Tidar dengan mengalahkan jin penunggunya. Kemudian ada pula Makam Kyai Sepanjang (tombak Syaikh Subakir), dan Makam Kyai Semar. Di sini kita juga dapat menjumpai kawanan monyet ekor panjang. Dari pintu masuk kita sudah dapat menjumpai mereka.
Di Puncak Tidar terdapat sebuah tanah lapang. Di sini lah prosesi ruwat bumi dilaksanakan. Sebuah tenda sudah berdiri di tengah dan sudah ramai dikerumuni oleh masyarakat yang antusias menyaksikan prosesinya. Tumpeng-tumpeng yang dibawa oleh peserta diletakkan, beberapa tumpeng bahkan berukuran cukup besar diletakkan di depan tokoh masyarakat dan juru kunci yang duduk bersila. Tak lama berselang, acara dimulai dengan sambutan-sambutan dan dilanjutkan dengan tarian Caraka Walik. Tari Caraka Walik ini ditarikan oleh 5 penari putri dan merupakan bagian dari prosesi dengan falsafah menghilangkan Sukerta sehingga diharapkan Kota Magelang ayem tentrem gemah ripah loh jinawi. Tarian ini terlihat sedikit mistis, apalagi tercium bau dupa yang dinyalakan di atas sanggul masing-masing penari.
Acara dilanjutkan dengan doa bersama dan pemotongan tumpeng yang di lakukan oleh tokoh masyarakat setempat. Ini menjadi acara puncak dari ritual ruwat bumi Gunung Tidar. Masyarakat yang hadir di acara ini semuanya bisa menikmati nasi tumpeng dan makan bersama. Saya paling suka bagian ini. Hehe bukan soal suka makannya, namun suasana guyup rukunnya. Saya yang awalnya menolak untuk makan karena sudah kenyang, akhirnya ikut mencicipinya meski hanya sedikit saja.
Tarian Caraka Walik |
Di tengah tanah lapang ini juga terdapat sebuah tugu dengan tulisan Aksara Jawa yang berbunyi Sa (baca : so) di 3 sisinya yang bermakna Sapa Salah Seleh (siapa salah ketahuan salahnya). Tugu inilah yang di percaya oleh sebagian masyarakat merupakan pakunya Tanah Jawa dan membuatnya tetap tenang dan aman. Sedangkan di bagian lain terdapat pula sebuah tugu monumen, di sebuah sisinya terdapat logo TNI. Gunung ini memang tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan militer karena letaknya yang masih di wilayah Akmil, dan banyak kegiatan Akmil yang dilakukan di sana. Tugu ini memiliki tangga besi menuju puncaknya dan akan menyajikan view pegunungan yang mengelilingi Kota Magelang. Namun menurut Mas Achmad Mutohar (http://www.achmadmuttohar.web.id/) yang asli Magelang, untuk memanjatnya hingga puncak tidak mudah. Mitosnya, bagi yang memiliki niat/hati kurang baik maka akan banyak penghalangnya seperti angin kencang saat memanjatnya.
Tugu Tidar |
Saya juga sempat ke Makam Kyai Semar. Makam ini memiliki bentuk bangunan yang unik, yakni mengerucut menyerupai tumpeng nasi kuning. Beberapa orang meyakini Kyai Semar yang dimaksud merupakan tokoh pewayangan, sementara yang lain beranggapan bahwa yang dimaksud adalah jin penunggu Gunung Tidar tersebut.
Melihat kondisi Gunung Tidar yang rimbun oleh pemohonan sepi, saya sempat berceloteh pada Mas Achmad jika sempat ini berpotensi untuk dijadikan tempat mesum. Seketika ia menjawab "Emangnya berani?" dan membuat saya sadar, siapa juga yang berani mesum di tempat mistis gini. :D
Wasyemmm malah terpikir sampe ke area mesum kakakkakaka.
ReplyDeleteTapi lokasinya asyik buat fisik log, kalau lari tiap pagi naik trun tangga yakin sehat :-D
Apa cm aku yg mikir begitu yak. hahaha Iya sehat mas, bikin betis kekar :D
Deletewehhh, siapa yg mau mesum di situ??? wkwkwkwkkw
ReplyDeletebuka aku lho kak :v
DeleteJangan salah mas, anak sekarang gak peduli mistis ���� eniwe, aku pengen makan bareng gitu. Itu pasti menunua urapan, ikan asin, dll heemmm
ReplyDeleteTau bgt kak anak sekarang ga peduliin itu? uhukkk :p
Deleteayo ayo mamam mamam di rumahmu yak :D
Belum pernah k tidar tpi kok kayak misteri gitu ya...
ReplyDeleteCobain kak. Itung2 naek gunung kan :D
Deletekeren mas aji, aku malah belum pernah ikutan acara adat yang bernuansa religi seperti ini hehe
ReplyDeleteCobain ke kemukus aja kak... *eeh :v
DeleteHihihihi kata mbah saya, gunung tidar memang mistis. Masak mau nganu di sana hehehe
ReplyDelete((((nganuuuuu)))) :D
Deletecocok to mas, abis naik ratusan tangga, terus dapat snack, ditawatin makan juga,, ahhaha benar-benar trip yang ideal :D
ReplyDeleteHahaa iya mas, sayang aku uda kekenyangan waktu itu :v
DeleteHahaha jadi Aji wes nemu spot buat mesum di puncak Gunung Tidar? Wahh bahaya nih LOL
ReplyDeleteHahaha syeeeemmmm... :D
DeleteKalau sempat jadi tempat mesum? Wkwkwk kok sempet2 e terlintas takok ngono to ms. Haha
ReplyDeleteHahahaha duh... knapa yaaaaa... :D
DeleteWih.. keren...
ReplyDeleteAda monemun yang puncaknya punya view dari ketinggian juga.
Betul mas. :)
Deleteruwatannya gak kalah menarik sama Garebeg di Jogja.
ReplyDeleteKesan rukunnya loh bikin ademin hati.
Btw itu telornya kok kayaknya gede banget ya ? yg di tumpeng
Iya kak, adem bgt liatnya :)
DeleteDuh, aku malah ga meratiin telurnya waktu itu. Kyknya biasa aja sih :D
Woi aku bar upload review hotel woi wkwkwk
ReplyDelete