Siapa tidak mengenal Pulau Dewata Bali? tidak hanya orang Indonesia saja mengenalnya, namun wisatawan dari berbagai belahan dunia, menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata favorite mereka. Mulai dari panorama alam hingga budaya dan kearifan lokal bisa kita temukan di pulau ini. Tak heran jika wisatawan dalam maupun luar negeri berbondong-bondong datang menikmati secuil surga dunia di pulau ini, terutama saat musim liburan datang. Percaya atau tidak, sebagai orang yang yang suka jalan, faktanya saya baru sekali mengunjungi Pulau Bali yakni tahun lalu, dan itupun dibayarin. Entah, saya harus mengasihani diri atau harus merasa beruntung. Tapi jika diperibahasakan, saya menganggapnya seperti kejatuhan durian kupas. Iyalah, lha wong enak. Saya dapatnya mak bedunduk (secara tiba-tiba) gak perlu ngupas, tinggal hap! Tidak hanya Pulau Bali malah, tapi bonus Pulau Lombok. Makin legit kan?
Saya jadi flash back beberapa kali punya rencana untuk mengunjungi Pulau Bali selalu gagal. Berawal dari study tour SMA yang tiba-tiba cancel, rencana saat di bangku kuliah gagal, dan terakhir pada ahir tahun 2013 lalu pun berakhir gigit jari. Pucuk di cinta, trip gratis pun tiba. Lagi-lagi Mamady, sponsorship yang saya kenal di komunitas backpacker yang tak ada angin tak ada hujan menelfon dan mengajak saya untuk keliling Bali - Lombok. Mimpi apa saya? mimpi basah? mungkin. Antara senang dan curiga. Senang, karena Mamady tipe orang yang serius kalau punya rencana ngajak jalan-jalan. Curiga, karena tiap rencananya pasti ada jebakan batman. Minimal kalau tidak dikerjain, ya siap jadi bahan bullying. Duh! (Tiba-tiba ingat tragedi Hotel Grand Sae, dikerjain sama teman-teman BPJS yang didalangi oleh Mamady. Errrr)
|
lagilibur.com goes to Bali |
Siang itu saya sudah berada di Bandara Adi Sumarmo bertemu dengan Mamady, Mba Dini, dan Anisa. Kami berempat pun siap untuk terbang ke Bali. Wohooo
so excited! Perjalanan udara selama 1 jam 10 menit siang itu berjalan dengan lancar dan tanpa halangan, apalagi cuaca siang itu sedang cerah merekah indah. Mata saya selalu tertuju pada pemandangan di luar jendela pesawat. Sampai di Ngurah Rai kami bertemu teman SMA Mamdy dan kemudian menuju villa yang telah dipesan sebelumnya di daerah Kuta. Saat makan siang, pertama kalinya saya coba Nasi Pedas Ibu Andika yang rasanya nampol *ngetik sambil lap iler*. Setelah itu, hingga sore kami hanya santai di villa, dan baru keluar malam hari untuk makan di Pantai Jimbaran. Pantai, ombak, pasir, lilin, dan seafood. Suasana yang baper-able banget. Kebetulan malam itu Mamady bareng teman-teman SMA nya. Jadilah saya di meja terpisah dengan Mba Dini & Anisa. Saya dan Mba Dini menikmati udang bakar madu malam itu sambil ngerumpi pasangan-pasangan bule yang sedang
candle light dinner. Ah, dasar kita para jomblo rumpik!
|
Seafood, pantai, dan lilin. *kemudian baper* |
Dari Jimbaran, kami masih lanjut nongkrong malam itu di Sundara dengan suasana kolam renang yang menjorok ke pantai. Lagi-lagi tempat yang baper-able. Tengah malam kami kembali ke villa dan pingsan sampai esok harinya. Pagi hari setelah siuman dan semuanya siap, kami mulai perjalanan pertama kami. Pantai Pandawa.
|
Pantai Pandawa |
Tak banyak yang bisa kami lakukan saat di Pantai Pandawa. Untuk berfoto saja, kami hanya sekali dua kali jepret dan kemudian lari ke mobil kembali untuk ngadem depan AC saking panasnya. Apalagi bagi kami yang memiliki cukup banyak tabungan berupa lemak, tak butuh lama untuk meleleh. Di Pantai Pandawa, kami sempat makan nasi bungkus di warung sederhana. Meski sekelas nasi bungkus, saya acungin jempol bagi orang Bali yang bisa menemukan dan menyajikan makanan seenak itu. Awalnya saya kira itu nasi jinggo, semacam "nasi kucing" nya Bali. Nasi bungkus daun pisang porsi kecil dengan berbagai macam isian lauk pauk. Namun yang kami temui saat itu di bungkus kertas nasi.
|
Patung Wisnu GWK |
Dari Pantai Pandawa kami lanjut ke GWK. Salah satu proyek destinasi wisata di Bali yang sebenarnya gagal karena belum rampung dibangun hingga sekarang. Meski demikian, tempat ini sudah cukup ramai dikunjungi wisatawan setiap harinya. Terdapat patung Wisnu berukuran raksasa dan patung Garuda yang menjadi tunggangannya di tempat terpisah. Tempat ini berada di atas bukit dengan pemandangan tebing kapur disekitarnya. Yang paling saya sukai di GWK ini adalah adanya Amphitheatre yang menampilkan banyak pementasan seperti tari-tarian Bali, dll. Untuk melihatnya, pengunjung tak perlu membayar lagi, karena sudah termasuk harga tiket masuk. Hanya saja kita perlu tahu jadwal pentas jika ingin melihat pementasan tertentu. Kebetulan saat itu saya bertepatan dengan Balinese Dance termasuk juga menampilkan Tari Barong. Selesai acara, pengunjung dapat berfoto bersama para penari.
|
Bersama para penari & Anisa |
Sebelum melanjutkan destinasi berikutnya, saya diajak makan nasi ayam Bu Oki. Salah satu kuliner yang sudah tidak asing bagi pecinta kuliner di Bali. Seperti halnya nasi pedas Bu Andika, nasi ayam Bu Oki ini bikin lidah mengecap manja saking enaknya. Sampai disini, saya semakin setuju bahwa Bali adalah secuil surga dunia. Karena bagi saya, parameter sebuah surga dunia bukan hanya pemandangan yang indah melainkan juga makanan yang enak. hihihi
|
Nasi ayam Bu Oki *lap iler* |
Bali, ternyata tidak melulu soal pantai. Saya diajak ke daerah Legian, tepatnya di JL. Nakula No.33X. Disini, saya diajak masuk ke sebuah museum. Bukan sebuah museum sejarah maupun museum perjuangan, namun museum 3 dimensi bernama 3D DMZ (Dream Museum Zone). Didalam museum ini terdapat banyak lukisan-lukisan 3D yang bikin kita tercengang karena jika kita ambil foto, hasilnya terlihat hidup seakan berada dalam objek tersebut. Dan yang lebih mencengangkan lagi, terdapat sebuah ruangan tertutup yang menyajikan lukisan-lukisan khusus dewasa! Sssttt
|
Salah satu lukisan 3D di museum DMZ |
Hari semakin sore, kaki terasa pegal keliling 3 tempat destinasi hari itu. Lelah memang terasa, tapi tidak dengan semangat saya. Kami kembali ke villa untuk beristirahat, karena malamnya Mamady ada acara bersama teman-teman SMA nya. Saya dan Mba Dini sepakat untuk tetap lanjut menghabiskan hari di luar. Tujuan pertama kami saat itu adalah membeli beberapa barang di Jogg*r. Ya, rasanya ada yang kurang jika ke Bali, pulang tak membawa sesuatu dengan stamp merk lokal kebanggan Bali ini. Kebetulan, Jogg*r Kuta tak jauh dari villa. Hanya berjalan kaki sekitar 300meter saja. Puas membeli beberapa barang, kami juga sepakat untuk menghabiskan sore dengan menikmati
sunset di Pantai Kuta. Karena saat itu bertepatan dengan malam minggu dan tidak memungkinkan naik taxi karena jalanan macet, jadilah kami nekat berjalan kaki sekitar 3 km. Yah anggap saja olahraga sore, kata saya pada Mba Dini sore itu. Hihihi Setelah melewati gang dan nanya jalan tikus pada orang, sampailah kami di Pantai Kuta dan menikmati
sunset hingga lepas maghrib. Sayangnya,
sunset sore itu kurang spektakuler karena sedikit mendung.
Pagi hari, saya tengah siuman dan berkemas untuk meninggalkan Bali. Harusnya malam sebelumnya saya bertemu dengan beberapa teman yang kebetulan juga sedang berada di Bali. Namun karena miss komunikasi, dan sayapun sudah cukup lelah, ahirnya saya terlanjur pingsan sampai pagi. Pukul 10 kami sudah ceck out dari villa. Rencana yang sebelumnya menyebrang ke Lombok via laut batal dan berganti via udara. Sedikit merinding disco, mengingat pesawat yang digunakan untuk menyebrang dari Bali ke Lombok adalah pesawat baling-baling. Tapi, bayangan tentang keindahan Lombok seakan menghilangkan semua ketakutan itu. Dan kesanalah kami melanjutkan perjalanan. Lombok!
iya
ReplyDeleteTravel Jember Group
Travel Jember Online
Travel Jember Surabaya
Travel Jember Malang
Travel Jember Bali
Travel Jember Denpasar
Travel Lumajang Surabaya
Travel Banyuwangi Surabaya