Demikian quote yang pernah saya baca, meski entah dari siapa. Sebagai tukang jalan, belum lengkap rasanya jika saya tidak pernah menginjakkan kaki di ketinggian. Ya, selama ini saya lebih condong sebagai penikmat 0 Mdpl. Tapi sesungguhnya sudah sejak lama saya ingin menikmati alam dari ketinggian. Meski begitu, saya tidak mau serta merta menjadi pendaki dadakan tanpa tahu dan belajar medan. Tentu saja saya sadar diri, untuk hal ini merupakan hal yang baru untuk saya. Beruntung saya mendapat kesempatan untuk mencoba dan belajar untuk mendaki gunung. Adalah Mas Bayu, Mba ika, dan Mba Ayun yang memiliki rencana dan mengajak saya untuk mendaki Gunung Andong.
Gunung Andong berada di Magelang Jawa Tengah dan terletak di antara Ngablak, Tlogorjo, dan Grabag dan memiliki ketinggian 1726 Mdpl. Dengan ketinggian tersebut, sangat cocok dengan pendaki pemula seperti saya. Saya dan Mba Ayun memang baru kali ini mencoba mendaki gunung, sedangkan Mas Bayu dan Mba Ika sudah kesekian kalinya. Termasuk naik Gn Andong ini, mereka baru saja melakukannya sekitar dua minggu sebelumnya. Meski saya sempat ragu, namun Mba Ika meyakinkan saya bahwa Gunung Andong cukup aman untuk pemula. Tanpa banyak persiapan (jangan ditiru), sayapun ahirnya berangkat bersama mereka ke Gunung Andong meski sempat hampir batal, karena Mas Bayu tiba-tiba tidak dapat dihubungi seharian yang ternyata sibuk menikmati mimpi indahnya. Duh!
Rencana yang sebelumnya jam 1 siang ahirnya terpaksa molor jam 3 sore. Perjalanan dari Solo sekitar 2 jam perjalanan. Saat kami sampai di sebuah masjid sekitar 1km sebelum bascamp berada, kami beristirahat menunggu sholat magrib sekaligus menata kembali barang bawaan kami. Setelah sholat maghrib, kamipun melanjutkan perjalanan ke bascamp Sawit, Desa
Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.
Rute Gunung Andong :Saya tidak begitu memperhatikan rute menuju gunung andong ini, namun rute kami saat itu dari Jl. Solo - Semarang mengambil jalur kopeng sampai pasar ngablak, dari gapura pasar Ngablak, lalu belok kiri kearah Grabag. Sampai di pertigaan makam, belok kiri dan jalan terus sampai melihat plang SD Girirejo 2 ambli kanan, sampailah di Basecamp Sawit. Jika kurang jelas silahkan gunakan GPS dan bertanya pada warga sekitar yang dengan ramah pasti membantu menujukkan jalan.
Saat jam menunjukkan pukul 8 malam, kami memulai langkah kaki kami untuk mendaki Gunung Andong. Kebetulan saat itu adalah hari waisak, beruntung kami datang saat hari liburnya, bukan malam sebelumnya yang pasti sangat ramai oleh pendaki lain. Kami dikenakan biaya registrasi sebesar Rp3000,- per orang dan Rp3000,- per motor.
Melewati kebun sayur milik warga, ditemani sinar bulan purnama ahirnya kami memulai perjalanan naik menempus pepohonan pinus yang menjulang. Untuk pendaki yang sudah terbiasa, mungkin Gunung Andong ini seperti bukit saja. Hanya butuh waktu sekitar satu jam pendakian untuk mencapai puncak. Karena kami sering istirahat untuk melepas lelah dan mengambil nafas, jadilah waktu yang kami butuhkan dua kali lipat alias 2 jam pendakian. hahaha
Kalau kata mas bayu, puncak berada setelah dua tanjakan lagi. Sedangkan kata mba ika, jangan pernah percaya dengan pendaki. Dan, sepertinya saya melilih untuk berada di kubu mba ika. Hahaha dua tanjakan lagi itu hanya semacam hiburan semata. yaelah!
Kami sempat melewati sumber air, dan membasuh muka sekaligus mengisi botol kami yang kosong. Sedikit ragu memang, saya hanya berfikir bagaimana kalau di atas ada orang yang buang air di aliran air? hiiii... tapi ahirnya, air itu saya tegak juga. Rasanya? emm tidak jauh berbeda dengan air mineral yang saya beli di minimarket tadi. Bahkan lebih segar!
Setelah hampir 2 jam perjalanan, ahirnya kami benar-benar sampai di puncak Gunung Andong. Rasanya, luar biasa. So, excited! Saya sedikit tidak percaya bisa sampai berada di puncak gunung, meski tidak beribu-ribu Mdpl, tapi pengalaman ini cukup berarti buat saya. Kami segera mencari tempat untuk mendirikan tenda, setelah dirasa cukup enak, ahirnya tenda kami dirikan. Mba ayun dan mba ika segera mengambil tempat untuk tidur tak lama setelah kami sempat memasak air untuk ngopi dan masak mie instan. Saya dan mas Bayu yang berada di luar tenda, asik ngobrol sana sini, mulai dari obrolan pendidikan, traveling, pemerintahan, dan tentunya curcol soal asmara. ceileh!
Kabut yang sebelumnya menyelimuti kami perlahan menghilang. Langit malam itu mulai memamerkan pesona beribu bintang dipadukan dengan sinar rembulan. Bukannya berlebihan, tapi ada rasa haru dan rasa syukur malam itu. Saya bisa berada diatas sana melihat indahnya malam ciptaan TUHAN. Untuk menghilangkan rasa dingin dan jenuh, mas bayu mengajak saya berjalan-jalan di area lain. Kami pun menikmati pemandangan kota magelang malam itu dari ketinggian, dan terlihat ribuan kelap kelip lampu kota. Langkah kami berhenti di pinggir pagar makam tua. Disana, kami bercerita sampai adzan subuh berkumandang. Ya, kami berdua tidak tidur semalaman. Saya mulai menggigil meski sudah memakai jaket, sedangkan mas Bayu masih kalem dengan kaos oblong dan switer yang ia ikatkan di pinggang. Duh! ini orang kulitnya terbuat dari apa sih ya...! -_-
Pagi itu setelah menunaikan sholat subuh berjamaah, kami segera mencari spot sunrise. Berfoto berbagai pose sambil menikmati sinar orange yang perlahan muncul dari timur. Duuuh! benar-benar memanjakan mata.
Selesai menikmati sunrise pagi itu, kami menuju tenda untuk menanak nasi yang tidak tanak-tanak. Hahaha meski gagal makan nasi, tapi sayur capcay buatan mba ika cukup mengobati kekecewaan kami. hihihi
Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, puncakpun sudah terlihat sepi karena pendaki lain sudah mulai turun. Kami segera bergegas berkemas, dan mengumpulkan sampah untuk kembali dibawa turun. Hmm pendakian pertama yang cukup mengesankan untuk saya pribadi. Terimakasih untuk Mas Bayu dan Mba Ika telah berbagi pengalaman dan pelajaran, dan Mba Ayun yang juga pertama mendaki dan sama-sama belajar menikmati alam dari ketinggian. Mudah-mudahan saya bukan seorang newbie yang merepotkan untuk kalian, dan lain kesempatan bisa bersama melakukan kembali pendakian. :)
Jadi, sudah siap mencoba mendaki Gunung Andong?
Baca juga :
1. Dirgahayu Indonesia Dari Gunung Merbabu
2. Puncak Sikunir; Indahnya Golden Sunrise Negeri di Atas Awan
3. Gunung Api Purba Nglanggeran, Trekking di Tebing Batu ala Film 127 Hours
Bascamp sawit pagi hari |
Jalur masuk pendakian pagi hari |
Kalau kata mas bayu, puncak berada setelah dua tanjakan lagi. Sedangkan kata mba ika, jangan pernah percaya dengan pendaki. Dan, sepertinya saya melilih untuk berada di kubu mba ika. Hahaha dua tanjakan lagi itu hanya semacam hiburan semata. yaelah!
Kami sempat melewati sumber air, dan membasuh muka sekaligus mengisi botol kami yang kosong. Sedikit ragu memang, saya hanya berfikir bagaimana kalau di atas ada orang yang buang air di aliran air? hiiii... tapi ahirnya, air itu saya tegak juga. Rasanya? emm tidak jauh berbeda dengan air mineral yang saya beli di minimarket tadi. Bahkan lebih segar!
Sumber air |
Camp gunung andong |
Pagi itu setelah menunaikan sholat subuh berjamaah, kami segera mencari spot sunrise. Berfoto berbagai pose sambil menikmati sinar orange yang perlahan muncul dari timur. Duuuh! benar-benar memanjakan mata.
Tips untuk pendaki pertama :
- Cobalah dengan gunung yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu sulit medannya. Gunung Andong ini misalnya. Jangan mendaki karena gengsi atau agar terlihat masa kini. Harus mampu mengukur kemampuan, dan sadar diri.
- Tentukan waktu pendakian yang tepat, perhitungkan soal cuaca.
- Mendakilah bersama orang-orang yang sudah terbiasa mendaki, dan dengan sabar mengajari
- Persiapkan segalanya secara matang. Persiapan fisik (olahraga rutin sebelum pendakian), peralatan daki gunung, dan logistik cukup.
- Semua sudah siap? jangan lupa pamit orang tua, dan jangan lupa berdoa.
- Selalu hati-hati dan waspada, semua bisa terjadi di alam. Jaga sikap dan tutur kata.
- Jadilah pendaki yang santun, dengan tidak merusak dan meninggalkan sampah.
Jadi, sudah siap mencoba mendaki Gunung Andong?
Jangan ambil apapun selain gambar, jangan tinggalkan apapun selain jejak, dan jangan bunuh apapun selain waktu!
Baca juga :
1. Dirgahayu Indonesia Dari Gunung Merbabu
2. Puncak Sikunir; Indahnya Golden Sunrise Negeri di Atas Awan
3. Gunung Api Purba Nglanggeran, Trekking di Tebing Batu ala Film 127 Hours
Kadang disebut pemula pun tetep aja capenya minta ampun hahaha #napastua
ReplyDeleteHahahaa jgn lupa bawa napas cadangan mas irham, biar ga keabisan. Xixixi
Deleteaku sudah terlalu lelah ngebayangin menanjak, mau nya pake ojek gendong aja hehehe
ReplyDeleteHuahahaa ya kalikkk mas cumi naik pake jasa gendong poter. Hahaaa
DeleteHuahahaa ya kalikkk mas cumi naik pake jasa gendong poter. Hahaaa
Delete(DS)
ReplyDeleteWah Indah Banget
Training Auditor
aslinya lebi kece kak. hehe makasi sdh mampir :)
Deletepemandangan dari atas memang sangat mengagumkan, apalagi bisa melihat sunrice yang begitu indahnya..
ReplyDelete