27 Desember 2015 saya diajak beberapa teman di Jogja untuk berkunjung ke Kampung Edukasi Watulumbung. Awalnya, saya mengira Watulumbung yan...

Menikmati Teh Poci di Tengah Hutan Jati Kampung Edukasi Watulumbung

27 Desember 2015 saya diajak beberapa teman di Jogja untuk berkunjung ke Kampung Edukasi Watulumbung. Awalnya, saya mengira Watulumbung yang di maksud ialah pantai di Gunungkidul. Namun ternyata berbeda. Kampung Edukasi Watulumbung yang dimaksud berada di Bukit Parangtritis Kretek, Bantul, Jogjakarta. 

Gardu Pandang Alas Kuliner Kampung Edukasi Watu Lumbung
Untuk menuju Kampung Edukasi Watulumbung ini sangat mudah. Dari Jl. Parangtritis, setelah melewati jembatan kretek belok kiri. Sekitar 50 m, ada pertigaan belok kanan. Sebaiknya pelankan laju kendaraan, karena plang/petunjuk nya sangat kecil dan kurang terlihat. Kami sempat terlewat karena tidak melihatnya. Setelah belok kanan, tinggal ikuti jalan menanjak, dan sampailah kita di Kampung Edukasi Watulumbung. 

Plang/Petunjung yang sangat kecil di pertigaan

Di Kampung Edukasi Watulumbung ini, semua bangunan dibangun dari bahan kayu dan bambu. Suasana pedesaan begitu terasa. Kita bisa memilih tempat sesuai dengan konsep yang kita inginan. Jadi, kampung ini terdapat beberapa pilihan tempat yang menawarkan konsep edukasi yang berbeda. Kami memilih Alas Kuliner yang berada di bagian depan. Alas Kuliner ini memiliki beberapa fasilitas dan konsep edukasi seperti; dapur, perpustakaan, gardu pandang, dll. Konsep edukasi di Alas Kuliner ini salah satunya pengunjung berhak menanam 1 bibit tanaman yang telah disediakan, pengunjung juga akan mendapat discount untuk makanan yang dipesan jika menyumbangkan 3 buku layak baca di perpustakaan, atau jika pengunjung membaca buku diperpustakaan lebih dari 25 menit maka akan mendapat minuman/camilan gratis.




Saya bertemu dengan Mas Irmawan, ia salah satu pengurus di Kampung Edukasi ini. Dari dia lah saya mendapat banyak informasi. Mas Irmawan bercerita bahwa konseptor dari Kampung Edukasi Watulumbung ini ialah Muhammad Boy Rifai yang kemudian memberdayakan masyarakat setempat untuk membangun area hutan jati menjadi suatu kawasan wisata alternatif yaitu Kampung Edukasi. Kampung Edukasi ini sudah ada sejak 2-3 tahun lalu, namun baru mulai ramai dikunjungi sekitar 1 tahun belakangan. Selain Alas Kuliner, di Kampung Edukasi juga terdapat banyak tempat dengan konsep edukasi yang berbeda seperti Kedai Wedangan yang akan memberikan kopi & pisang coklat gratis bagi pengunjung yang membawa 3 buah buku. Kita juga dapat menonton film di Bios-Coop hanya dengan membaca puisi. Di Griyo Kulo, memiliki konsep tamu melayani tamu, yakni tamu pertama melayani tamu kedua, dan seterusnya. Sedangkan di Lembayung Surya memiliki konsep kantin kejujuran. Kita dapat membeli makanan dengan menghitung, membayar, sekaligus mengambil kembalian sendiri. Selain tempat makan/wedangan, di Kampung Edukasi Watulumbung juga memiliki fasilitas lain seperti Omah Dolanan Anak yang memiliki banyak koleksi mainan anak tradisonal, cottage, area camping ground, dll.


Setelah selesai berbincang dengan Mas Irmawan, kami menuju dapur untuk memesan minuman dan makanan. Mba Ayun memilih 1 porsi gorengan, sedangkan saya memesan teh poci. Awalnya sedikit terkejut karena untuk 1 porsi gorengan dan makanan lain dihargai Rp.15.000,- sedangkan berbagai macam jenis minuman seharga Rp.10.000,- termasuk segelas es teh/es jeruk. Mahal ya? Hmm, jangan salah. Saat pesanan kami sudah datang, kami jadi keheranan karena sangat murah. Untuk 1 porsi gorengan dan 1 teh poci dengan harga tersebut bisa cukup untuk 4 orang. Hahaha Belum lagi, saat membayar, kami mendapat discount sebesar 20% karena Mba Ayun sempat menyumbangkan 3 buku di perpustakaan. Mantap!

Teh Poci hanya 10k saja.
Memainkan alat musik gamelan

Kami kemudian naik ke sebuah saung. Dari sana kami dapat melihat pemandangan sungai opak dan jembatan kretek dari ketinggian. Beruntung meski musim hujan, siang itu sangat cerah. Pepohonan hijau berpadu dengan langit biru dan awan putih. Sungguh mempesona. Angin sepoi pun terasa sangat nikmat. Di saung tersebut ada sebuah alat musik gamelan yang bisa dimainkan. Di sana juga terdapat semacam gardu pandang di sebuah pohon jati yang menyerupai gardu pandang di Kalibiru Kulon Progo, untuk naik ke atas pengunjung dikenakan tarif Rp5000,- dan uniknya adalah bangunan ini tidak mempergunakan paku, melainkan tali yang diikatkan di pohon. Hal tersebut demi kelestarian pohon jati tersebut.

View sungai opak & jembatan kretek


Selain Alas Kuliner, kami juga sempat mampir ke Kedai Wedangan. Di sana memiliki pemandangan yang berbeda. Jika di Alas Kuliner kita dapat memandangi eloknya sungai opak & jembatan kretek, makan di Kedai Wedangan kita akan disajikan pemandangan laut selatan/pantai parangtritis dari kejauhan. Nah, jika ingin naik ke atas lagi kita juga akan menemukan tempat lain dengan view berbeda pula, yakni view kota Jogja dari ketinggian.

View dari kedai wedangan
Nah, jadi kapan berencana berkunjung ke Kampung Edukasi Watulumbung ini? ;) 



5 comments:

  1. tutupnya jam berapa ini? malem buka ga kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buka dong... sampai jam 12 mlm kalo tdk salah

      Delete
    2. Bisa nenda juga kok, ada camping ground nya :)

      Delete
    3. Aku belum pernah ke sini, padahal nggak jauh dari Jogja :-(

      Delete
    4. Loh, serius? Ayo ksana mas. Pengin nge teh poci lagi sore2. hihihi

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung & berkenan meninggalkan komentar :)